GEMPA bumi dahsyat yang melanda Pegunungan High Atlas, Maroko pada Jumat (8/9/2023), membuat banyak warga di wilayah itu terpaksa mencari perlindungan dan mengungsi di kota-kota besar. Namun, langkah itu membuat mereka, terutama perempuan sangat berisiko mengalami kekerasan.
Banyaknya unggahan di sosial media yang memperdagangkan perempuan di bawah umur menyusul gempa Maroko membuat para aktivis dan organisasi hak perempuan waspada.
Di tengah peristiwa yang menimpa Maroko, seorang pria dewasa yang merupakan sukarelawan berfoto dengan seorang gadis muda berusia sekitar 10 tahun, ia mengatakan bahwa anak tersebut akan menikah dengannya ketika sudah besar.
“Dia tidak mau ikut denganku ke (Casablanca) tapi dia berbisik bahwa kalau dia besar nanti kita akan menikah,” tulis pria itu dalam caption Instagram story-nya dengan foto dirinya dan gadis muda itu sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Laman Facebook populer lainnya mengecam apa yang mereka sebut “gadis kota”.
“Mengapa Anda menikahi seseorang yang manja yang masih ingin berpakaian terbuka dan ketat, menghabiskan banyak uang, membesarkan anak-anak Anda dengan tidak pantas,” tulis postingan tersebut, yang mendesak para pria untuk menikahi “gadis yang tidak mau meminta apa pun”.
“(Pria) telah menganjurkan untuk pergi dan menikahi gadis-gadis ini, beberapa di antaranya membenarkan penafsiran agama (mereka). Bahkan jika mereka masih di bawah umur, kami akan menyelamatkan mereka (kata mereka),” ujar Yasmina Benslimane, seorang aktivis Maroko dan aktivis hak asasi manusia kepada Al Jazeera.
Benslimane dan aktivis hak-hak perempuan Maroko, telah melakukan sosialisasi pentingnya perawatan pada saat menstruasi kepada perempuan di sana setelah mengetahui bahwa akan ada rombongan laki-laki Maroko untuk “menyelamatkan” gadis-gadis muda di desa-desa terpencil.