Saat ini Mkika belum cukup mengumpulkan bukti-bukti kasus perdagangan anak yang terjadi akibat adanya gempa bumi, namun mereka sudah mempersiapkan situs web bagi masyarakat untuk melaporkan pelecehan semacam itu.
Selain bahaya terkait eksploitasi dan perdagangan manusia, ada juga keprihatinan tentang kesehatan reproduksi para wanita korban gempa.
“Perempuan tidak berhenti menstruasi hanya karena ada gempa bumi,” Nora Fitzgerald, dari Pusat Pelatihan Wanita Amal nirlaba yang berbasis di Marrakesh, mengatakan kepada Al Jazeera.
Di daerah pegunungan yang mengalami dampak paling parah, kasus kemiskinan, menstruasi dan terbatasnya akses terhadap produksi untuk menstruasi sudah ada sebelum terjadinya gempa.
Menurut Fitzgerald, perempuan dan anak perempuan yang tinggal di pegunungan pada saat menstruasi seringkali tidak memakai pembalut, melainkan kain perca.
Selain itu, ketika rumah sakit penuh dengan korban luka-luka akibat gempa bumi, perempuan hamil menghadapi tantangan.
Menurut UNFPA, sebanyak 4.100 wanita hamil terkena dampak gempa tersebut.