“Perencanaan, pelaksanaan, dan keberanian serangan hampir 2.000 mil di belakang garis musuh sungguh tak tertandingi,” kata spesialis angkatan laut Stirling Smith dari Australian National Maritime Museum.
Misi tersebut dilaksanakan di bawah gugus tugas bernama Z Special Unit, unit gabungan Sekutu yang melakukan pengintaian dan sabotase di belakang garis musuh. Hal ini dipimpin oleh Kapten Ivan Lyon, yang merekrut dan melatih orang-orang yang terlibat.
“Hal ini ditambah dengan fakta bahwa mereka tidak pernah mengetahui bagaimana serangan itu dilakukan, berarti bahwa selama sisa perang, waktu dan tenaga yang berharga dialihkan untuk mengamankan dan menjaganya daripada berperang di tempat lain,” kata Smith.
Ian Li dari program studi militer di S Rajaratnam School of International Studies di Singapura berpendapat bahwa Jaywick adalah contoh utama perang asimetris, beberapa dekade sebelum istilah tersebut diciptakan.
Menyinggung laporan mengenai serangan unit kecil yang dilakukan oleh pasukan khusus Ukraina terhadap berbagai sasaran Rusia, Li memiliki pendapatnya sendiri.
"Mirip dengan Jaywick, serangan ini memiliki nilai simbolis selain dari operasionalnya dan membantu menjaga musuh tetap waspada dengan mengingatkan mereka bahwa tidak ada tempat yang 'aman',” terangnya.
Li mengakui bahwa serangan itu tidak mempunyai dampak yang menentukan. Sebagian besar kapal yang rusak diperbaiki dan digunakan kembali oleh Jepang dalam hitungan minggu.