Sejauh ini, belum ada pengiriman makanan atau barang penting lainnya dari Mesir, yang telah mempertahankan blokade ketat terhadap Gaza, bersama dengan Israel, sejak Hamas mengambil alih wilayah tersebut pada 2007 karena alasan keamanan.
Orang-orang juga tidak dapat meninggalkan Gaza melalui perbatasan Rafah dengan Mesir. Biasanya hanya 400 orang yang diizinkan masuk atau keluar dalam sehari.
Kementerian Dalam Negeri Palestina di Gaza mengatakan serangan udara Israel pada Senin (9/10/2023) dan Selasa (10/10/2023) menghantam gerbang masuk di sisi Palestina, menghentikan penyeberangan apa pun.
Hal ini telah memaksa sebagian besar dari 200.000 orang yang meninggalkan rumah mereka untuk berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Beberapa orang melarikan diri karena ketakutan, sementara yang lain menyaksikan rumah mereka hancur akibat serangan udara.
Beberapa warga Gaza memilih berlindung di ruang bawah tanah, namun mereka berisiko terjebak di dalam jika bangunan di atasnya runtuh. Sekitar 30 keluarga terjebak di satu ruang bawah tanah saja pada Senin (9/10/2023) malam.
“Dalam perang sebelumnya, bagian kota ini adalah tempat berlindung yang aman bagi penduduk di daerah perbatasan [dengan Israel],” terang warga Rimal, Mohammed al-Mughrabi.
Serangan Israel pada Senin (9/10/2023) malam menunjukkan bahwa tidak ada lagi tempat yang aman.
(Susi Susanti)