Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ini 6 Negara di Dunia yang Tidak Pernah Dijajah

Salsabila Fitirah Puteri , Jurnalis-Rabu, 08 November 2023 |15:25 WIB
Ini 6 Negara di Dunia yang Tidak Pernah Dijajah
Jepang merupakan salah satu negara yang tidak pernah dijajah. (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Sejarah dunia penuh dengan peristiwa penjajahan dan imperialis, yang mengakibatkan banyak negara tunduk pada pemerintahan asing.

Kolonialisme atau yang juga dikenal sebagai Penjajahan, adalah suatu sistem di mana sebuah negara menguasai wilayah dan sumber daya negara lain, sambil menjaga hubungan dengan negara asal mereka.

Istilah ini juga merujuk kepada serangkaian keyakinan yang digunakan untuk melegitimasi atau mendukung sistem ini, terutama keyakinan bahwa penjajah memiliki moral atau budaya yang lebih unggul daripada yang dijajah.

Namun, beberapa negara di dunia dapat membanggakan diri bahwa mereka tidak pernah dijajah oleh kekuatan asing.

Dilansir dari beberapa sumber, berikut adalah daftar negara yang tidak pernah mengalami penjajahan.

1. Thailand

Thailand memiliki keunikan dalam sejarahnya karena tidak pernah dijajah oleh bangsa Eropa atau negara asing lainnya, sehingga tidak memiliki periode kolonial dalam sejarahnya. Meskipun demikian, kerajaan Siam, seperti yang disebutkan sebelumnya, menerima pengaruh Barat yang mempengaruhi beberapa aspek identitas modern negara tersebut.

Thailand memegang posisi istimewa di Asia Tenggara sebagai satu-satunya negara di kawasan tersebut yang tidak pernah menjalani masa penjajahan oleh negara-negara seperti Prancis atau Inggris.

Pengaruh Barat masuk ke Thailand melalui berbagai jalur, termasuk ketika para putra raja melakukan studi di negara-negara Barat dan membawa kembali teknologi serta gagasan baru. Selain itu, raja-raja Thailand juga mempekerjakan arsitek dan tenaga ahli Barat untuk proyek arsitektur.

Pengaruh Barat tidak hanya mempengaruhi arsitektur, tetapi juga berdampak pada cara berpikir masyarakat Thailand. Misalnya, sebelumnya, masyarakat pra-modern di Siam menganggap tabu untuk menggambarkan fisik Raja dalam media apapun.

Namun, pandangan ini berubah ketika Raja Rama IV menyadari pentingnya citra publik dan memerintahkan pembuatan potret dirinya dalam berbagai bentuk, termasuk lukisan, patung, dan gambar fotografi.

Sejak saat itu, seniman Eropa dipekerjakan untuk menggambar atau menghasilkan potret Raja Siam, dan bangsawan tidak lagi menganggap penampilan fisik mereka sebagai sesuatu yang tabu. Dalam banyak hal, ini membantu membangun citra publik yang lebih positif bagi monarki Thailand.

2. Jepang 

Jepang adalah satu-satunya negara di Asia yang berhasil menghindari penjajahan oleh kekuatan Barat.

Meskipun negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) berusaha untuk "membuka pintu" Jepang, dan sebagian berhasil, Jepang mampu mempertahankan kemandiriannya dari penindasan, baik yang bersifat formal maupun informal, yang menimpa banyak negara Asia lainnya.

Bahkan yang lebih mengesankan, Jepang mampu mengikuti jalur industrialisasi yang sama seperti yang ditempuh oleh Eropa dan AS, dan sebaliknya menjadi salah satu kekuatan kolonial.

Jepang telah lama berupaya menghindari intervensi asing. Selama beberapa tahun, hanya Belanda dan Tiongkok yang diizinkan memiliki depot perdagangan di Jepang, masing-masing dengan akses terbatas ke satu pelabuhan.

Orang asing lainnya dilarang untuk mendarat di Jepang, bahkan meskipun beberapa negara seperti Rusia, Prancis, dan Inggris telah mencoba melakukannya, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

3. Ethiopia

Ethiopia, sebelumnya dikenal sebagai Abyssinia, adalah salah satu negara tertua di dunia yang didirikan sekira 400 SM dan terkenal karena Kerajaan Axum yang dicatat dalam Alkitab Versi King James.

Pada zamannya, bersama dengan Roma, Persia, dan Tiongkok, Axum dianggap sebagai salah satu dari empat kekuatan besar di dunia. Selama ribuan tahun sejarahnya, Ethiopia berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari kolonialisasi berkat kerjasama masyarakatnya, dari petani hingga raja, serta faktor isolasi geografis dan kemakmuran ekonomi.

Sejumlah ahli menganggap bahwa Ethiopia "tidak pernah dijajah," meskipun pada tahun 1936-1941, Italia berhasil menduduki negara ini selama periode yang tidak berlangsung lama.

Upaya Italia untuk memperluas kekuasaan kolonialnya di Afrika mengakibatkan invasi Ethiopia pada 1895. Namun, dalam Perang Italia-Ethiopia Pertama (1895-1896), pasukan Ethiopia memenangkan pertempuran penting di Pertempuran Adwa pada tanggal 1 Maret 1896.

Akhirnya, pada 23 Oktober 1896, Italia menandatangani Perjanjian Addis Ababa yang mengakhiri perang dan mengakui kemerdekaan Ethiopia.

4. Bhutan 

Bhutan telah mempertahankan kemerdekaannya selama berabad-abad dan tidak pernah dijajah sepanjang sejarahnya. Negara Bhutan telah mengembangkan identitas nasional yang unik yang sangat dipengaruhi oleh agama Buddha, dan wilayahnya terdiri dari berbagai wilayah kekuasaan yang diperintah sebagai teokrasi Buddha.

Setelah mengalami perang saudara pada abad ke-19, Wangsa Wangchuck berhasil menyatukan kembali negara Bhutan dan menjalin hubungan dengan Kerajaan Inggris. Bhutan kemudian membangun kemitraan strategis dengan India, terutama saat menghadapi kebangkitan komunisme di Tiongkok dan mengalami sengketa perbatasan dengan Tiongkok.

Pada 2008, Bhutan mengalami transisi penting dari monarki absolut menjadi monarki konstitusional dan mengadakan pemilihan umum pertama untuk Majelis Nasional Bhutan. Majelis Nasional Bhutan adalah salah satu bagian dari parlemen bikameral dalam sistem demokrasi Bhutan.

Di Asia Selatan, Bhutan memiliki pencapaian yang luar biasa, seperti menempati peringkat pertama dalam kebebasan ekonomi, kemudahan berbisnis, dan perdamaian. Negara ini juga menempati peringkat ketiga dalam hal pendapatan per kapita dan dikenal sebagai salah satu negara paling bebas dari korupsi pada 2016.

Meskipun begitu, Bhutan tetap dihadapkan dengan tantangan sebagai negara berkembang. Pemerintahannya menganut sistem demokrasi parlementer, dengan kepala negara yang dijabat oleh Raja Bhutan. Bhutan juga menjalin hubungan dekat dengan Angkatan Bersenjata India melalui Tentara Kerajaan Bhutan.

5. Liberia 

Negara berdaulat Liberia sering dianggap sebagai negara yang tidak pernah dijajah, meskipun sejarahnya berawal dari kolonisasi oleh Amerika Serikat pada 1821.

Liberia tetap berada di bawah kendali AS selama lebih dari 17 tahun sebelum mencapai kemerdekaan sebagian melalui deklarasi persemakmuran pada 4 April 1839. Kemerdekaan penuh baru diumumkan delapan tahun kemudian, tepatnya pada 26 Juli 1847.

Pada abad ke-15 hingga akhir abad ke-17, para pedagang dari Portugis, Belanda, dan Inggris mempertahankan pos perdagangan di wilayah yang kemudian dikenal sebagai "Pantai Biji-bijian" karena lada melegueta yang melimpah di sana.

Perkumpulan AS untuk Kolonisasi Orang Bebas Berwarna (dikenal sebagai American Colonization Society, atau ACS) adalah organisasi yang awalnya didirikan oleh orang kulit putih yang meyakini bahwa orang kulit hitam yang sudah bebas tidak memiliki tempat di AS.

Mereka mengusulkan bahwa pemerintah federal seharusnya membiayai kepulangan orang kulit hitam yang bebas ke Afrika, dan akhirnya, orang-orang kulit hitam yang bebas mengambil alih kendali pemerintahan ACS.

Pada 15 Desember 1821, ACS mendirikan Koloni Tanjung Mesurado di Grain Coast, yang kemudian berkembang menjadi Koloni Liberia pada 15 Agustus 1824. Pada 1840-an, koloni tersebut menjadi beban keuangan bagi ACS dan pemerintah AS.

Selain itu, karena Liberia bukan negara berdaulat atau koloni yang diakui, negara ini menghadapi tekanan politik dari Inggris. Oleh karena itu, ACS memerintahkan Liberia untuk menyatakan kemerdekaan mereka pada 1846.

6. Tonga 

Masyarakat Tonga telah lama menegaskan bahwa negara mereka adalah satu-satunya negara di Kepulauan Pasifik yang tidak pernah secara resmi dijajah oleh kekuatan asing.

Tonga didirikan sekira 1500 SM dan memiliki keunikan sebagai satu-satunya kerajaan yang masih ada di Polinesia. Selama berabad-abad, Tu'i Tonga, atau raja Tonga, memerintah wilayah yang dikenal sebagai "Kekaisaran Tonga," yang membentang dari Tonga hingga Tikopia.

Kekaisaran Tonga dianggap sebagai salah satu masyarakat yang paling tersentralisasi dan sangat terstratifikasi di wilayah Pasifik. Sistem pemerintahannya bersifat aristokrat. Pada abad ke-15 dan ke-17, perang saudara melanda Tonga, yang menyebabkan periode ketidakstabilan internal dan kelemahan sistem tradisional mereka. Periode ini bersamaan dengan kedatangan penjelajah, misionaris, dan pedagang Eropa.

Meskipun ada kunjungan penjelajah Belanda seperti Abel Tasman pada 1643, Kapten James Cook pada 1770-an, dan Perwira Angkatan Laut Spanyol Alessandro Malaspina pada 1793, kedatangan misionaris Methodist Wesleyan pada tahun 1820-an memiliki dampak yang paling signifikan di Tonga.

Pada 1831, Taufa'ahau, pemimpin Ha'apai, mengalami konversi agama dan, setelah serangkaian konflik bersenjata, pada 1845 Taufa'ahau naik tahta sebagai Raja George Tupou I, yang dianggap sebagai pemimpin Tonga modern.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement