Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Politisi Anti-Islam Raih Kemenangan di Pemilu Belanda, Bagaimana Nasib Umat Islam di Sana?

Susi Susanti , Jurnalis-Jum'at, 24 November 2023 |17:33 WIB
Politisi Anti-Islam Raih Kemenangan di Pemilu Belanda, Bagaimana Nasib Umat Islam di Sana?
Politisi anti-Islam menang di pemilu Belanda (Foto: Bloomberg)
A
A
A

Partai yang paling dekat dengan Wilders dalam pemilu ini adalah aliansi partai sayap kiri Partai Buruh dan Partai Green Left, yang diperkirakan memenangkan 25 kursi. Namun pemimpinnya, Frans Timmermans, menegaskan bahwa Wilders tidak boleh mengandalkan koalisi dengannya.

“Kami tidak akan pernah membentuk koalisi dengan partai-partai yang berpura-pura bahwa pencari suaka adalah sumber segala kesengsaraan,” kata Timmermans, seraya bersumpah akan membela demokrasi Belanda.

Kemenangan bersejarah ini terjadi satu tahun setelah kemenangan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, yang akar persaudaraannya bernostalgia dengan diktator fasis Benito Mussolini. Meloni sejak itu melunakkan pendiriannya terhadap beberapa isu dan menjadi tokoh sayap kanan yang dapat diterima di UE.

Wilders sudah lama menjadi penghasut yang mengecam Islam, Uni Eropa, dan migran – sebuah sikap yang membawanya dekat dengan kekuasaan namun tidak pernah berkuasa, di negara yang dikenal dengan politik kompromi.

Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban, yang membanggakan upaya mengubah Hongaria menjadi negara “tidak liberal” di tengah “benturan peradaban” dan juga memiliki sikap keras terhadap migrasi dan institusi Uni Eropa, dengan cepat mengucapkan selamat kepada Wilders. “Angin perubahan telah tiba! Selamat,” kata Orban.

Selama minggu-minggu terakhir kampanyenya, Wilders agak melunakkan pendiriannya dan bersumpah bahwa ia akan menjadi perdana menteri bagi seluruh rakyat Belanda, sehingga ia mendapat julukan Geert "Milders."

Pemilu ini diadakan setelah koalisi keempat dan terakhir dari PM Mark Rutte mengundurkan diri pada Juli lalu setelah gagal menyetujui langkah-langkah untuk mengendalikan migrasi.

Rutte digantikan oleh Dilan Yeşilgöz-Zegerius, mantan pengungsi Turki yang bisa menjadi perdana menteri perempuan pertama di negara itu seandainya partainya meraih suara terbanyak. Sebaliknya, partai tersebut diperkirakan akan kehilangan 10 kursi dan berakhir dengan 24 kursi.

Hasil ini merupakan yang terbaru dari serangkaian pemilu yang mengubah lanskap politik Eropa. Dari Slovakia dan Spanyol hingga Jerman dan Polandia, partai-partai populis dan sayap kanan berjaya di beberapa negara anggota UE dan tersendat di negara-negara lain.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement