Namun, tentu saja, pada saat itu, masing-masing paslon dapat tampil maksimal untuk merebut hati rakyat dengan berbagai cara. Koridornya berada pada aspek etis dan kepantasan. Saling ejek, caci maki, ataupun isu SARA tentu saja tidak layak disampaikan kepada masyarakat. Tetap saja demokrasi di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila, yang berpegang teguh pada budi pekerti dan etika.
Lalu bagaimana menghadirkan sesuatu yang tidak cerdas dan cermat? Panelis menjadi kuncinya, seyogyanya panelis dalam setiap materi yang ditanyakan tidak saja Merujuk ke isu-isu umum dan strategis, sudah harus Merujuk dan memperdalam program kerja paslon. Cara ini akan dapat menakar sampai dimana program itu akan berjalan dan apakah berdampak signifikan bagi masyarakat.
Selain panelis, tentu saja banyak pihak yang terlibat pun menjadi hal penting. KPU, moderator, suporter paslon, juga bagian yang tidak dipisahkan agar semakin berbobot. Setelah itu, maka saluran mendistribusikan ajang debat juga penting. Semua media (cetak, televisi, online, radio) dan juga media sosial dapat digunakan sebagai saluran distribusi agar semua masyarakat dapat melihat dan menikmati ajang debat paslon tersebut.
Masyarakatlah nanti yang akan menentukan pilihannya. Bagaimanapun ujung dari semua perhelatan pilpres ini adalah untuk menentukan pucuk pimpinan negara yang seharusnya bisa membawa terbang bangsa ini dan mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kita semua berharap rangkaian Pilpres 2024 berjalan lancar dan aman. Terpenting, bangsa ini bisa menemukan sosok pemimpin negara yang terbaik.
(Rani Hardjanti)