BERLIN – Polisi pada Sabtu (30/12/2023) melarang demonstrasi pro-Palestina yang direncanakan pada malam Tahun Baru di ibu kota Jerman.
“Demonstrasi bertemakan tidak ada perayaan selama genosida, yang dijadwalkan berlangsung di distrik Neukolln mulai pukul 22.30. waktu setempat (2130GMT) pada Minggu (31/12/2023) hingga jam 01.00 pagi, dilarang,” kata polisi Berlin dalam sebuah pernyataan.
Laporan tersebut menunjukkan adanya bahaya yang akan terjadi bahwa mungkin terdapat slogan-slogan anti-Semit dan pengagungan kekerasan selama protes, berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir.
Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan ribu demonstran pro-Palestina turun ke jalan di ibu kota negara-negara Barat, menyerukan diakhirinya pemboman Israel di Gaza.
Aksi unjuk rasa tersebut mencerminkan meningkatnya kegelisahan mengenai meningkatnya jumlah korban sipil dan penderitaan akibat konflik yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Korban tewas warga Palestina dalam serangan udara dan darat Israel di wilayah kantong yang terkepung telah melampaui 21.000 orang. Di Israel, 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas.
Sebelumnya, BDS Maroc, kelompok boikot pro-Palestina yang sedang berkembang di Maroko, bersiap untuk "mengepung" toko-toko pengecer Prancis, Carrefour, yang mendukung pemukiman Israel. Seruan ini diumumkan meskipun pemerintah setempat sebelumnya melarang bentuk protes semacam itu.
“Gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) menyerukan kepada Anda, kelompok dan individu, untuk mengambil tindakan untuk menekan kelompok LabelVie agar mengakhiri kemitraannya dengan Grup Carrefour,” demikian isi siaran pers kelompok tersebut yang diterbitkan Kamis, (28/12/2023).
Tahun lalu, grup multinasional Carrefour menandatangani kemitraan dengan Electra Consumer Products dan anak perusahaannya Yenot Bitan, keduanya beroperasi di pemukiman ilegal Israel.
(Susi Susanti)