“Pada akhir periode, dan berdasarkan penilaian situasi, akan diputuskan kelanjutan aktivitas operasional pasukan divisi sesuai dengan kebutuhan operasional,” tambah juru bicara tersebut.
Penarikan tersebut berarti sekarang ada tiga divisi tempur IDF yang tersisa di Gaza, bersama dengan pasukan khusus, menurut juru bicara tersebut.
Unit-unit yang masih berada di Gaza termasuk divisi ke-98, yang beroperasi di Gaza tengah dan merupakan divisi terbesar yang pernah dibentuk dalam sejarah IDF. IDF tidak mengomentari jumlah pasukannya di Gaza, namun setiap divisi terdiri dari beberapa brigade yang masing-masing dapat mencakup ribuan tentara.
Komentar Ben Gvir menyoroti ketegangan yang ada di dalam pemerintahan Israel, dan lembaga pertahanan dan keamanan yang lebih luas, mengenai seberapa besar kehadiran Israel harus dipertahankan di Gaza setelah perang.
Awal bulan ini, anggota kabinet Israel berdebat mengenai rencana masa depan Gaza pascaperang dan bagaimana menangani penyelidikan terhadap kegagalan keamanan seputar serangan Hamas pada 7 Oktober.
Pertengkaran publik pada tanggal 4 Januari terjadi setelah apa yang digambarkan oleh salah satu sumber sebagai “perkelahian” pada pertemuan kabinet keamanan. Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich mengatakan telah terjadi “diskusi yang penuh badai,” sementara mantan Gantz mengatakan “serangan bermotif politik” telah diluncurkan.
Perpecahan kabinet keamanan terjadi mengenai bagaimana menangani penyelidikan terhadap serangan 7 Oktober terhadap Israel, termasuk kegagalan militer Israel dalam mengantisipasinya, serta bagaimana pendekatan perang mulai sekarang.
(Susi Susanti)