Pasalnya, Kampung Coklat selain menyerap ratusan tenaga kerja, destinasi wisata itu juga menjadi penghasil coklat kebanggaan warga Blitar yang jaringan pemasarannya cukup luas di Tanah Air.
"Berdaulat di bidang pangan itu mulai dari bagaimana kita bisa menghasilkan bibit yang unggul, kemudian penjualannya tidak hanya bentuknya bibit atau bentuk coklat yang masih mentah, nilai tambahnya itu pasti akan bisa ditingkatkan kalau sudah dalam bentuk jadi, dan ini luar biasa," kata dia.
Lebih lanjut, Atikoh pun berharap akan ada kampung-kampung serupa yang berkembang seperti Kampung Coklat di Blitar.
Dengan demikian, solusi ketersediaan tenaga kerja akan teratasi dengan tumbuhnya dunia wirausaha di sejumlah daerah.
"Filosofi dari penyerapan tenaga kerja, membuka lapangan kerja 17 juta itu ya seperti ini. Bukan dengan cara pemerintah menyerap tenaga ASN, pekerja-pekerja BUMN atau sektor-sektor lain. Tetapi ada jiwa kewirausahaan. Karena nanti tenaga kerja kita menghadapi bonus demografi," pungkasnya.
(Arief Setyadi )