ISRAEL – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu seolah tak menghiraukan tekanan dunia internasional yang mendesaknya membatalkan serangan darat ke Rafah, Gaza.
Netanyahu berjanji akan melancarkan serangan darat ke Rafah untuk melenyapkan kelompok bersenjata Hamas di sana.
Mesir dan beberapa negara Arab lainnya telah berulang kali memperingatkan bahwa serangan Israel di Rafah akan berisiko mendorong banyak warga Palestina ke Mesir yang mereka anggap tidak dapat diterima. Arab Saudi telah berjanji akan menimbulkan dampak yang sangat serius jika Rafah diserbu.
Secara internasional terdapat banyak seruan agar Israel menahan diri untuk tidak menyerbu Rafah, dimana warga Palestina hidup dalam kondisi yang mengerikan. Serangan Israel terhadap Hamas sejak 7 Oktober telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza.
Lebih dari 28.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh dan lebih dari 68.000 orang terluka sejak perang dimulai, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Kementerian mengatakan sedikitnya 127 warga Palestina tewas dan 205 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir.
Meskipun pertempuran terus berlanjut di Gaza, upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah dilakukan di Kairo dalam beberapa hari terakhir, meskipun mediator Qatar mengatakan kemajuannya tidak terlalu menjanjikan.
Netanyahu mengatakan dia mengirimkan perunding atas permintaan Presiden AS Joe Biden, namun menambahkan bahwa mereka tidak kembali untuk berdiskusi lebih lanjut karena tuntutan Hamas bersifat "delusi".
Hamas menyalahkan Israel atas kurangnya kemajuan dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Seperti diketahui, anggota kabinet perang Israel Benny Gantz telah memperingatkan bahwa kecuali Hamas membebaskan semua sandera yang ditahan di Gaza pada 10 Maret mendatang, maka serangan akan dilancarkan di Rafah.
Ini adalah pertama kalinya Israel mengumumkan kapan pasukannya mungkin memasuki kota Gaza selatan yang padat penduduk.
"Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu jika pada bulan Ramadhan para sandera kita tidak ada di rumah, pertempuran akan berlanjut di mana-mana, termasuk wilayah Rafah,” terang Gantz, mantan menteri pertahanan, pada Minggu (18/2/2024).
Adapun Ramadhan, bulan suci puasa Islam akan dimulai pada 10 Maret.
Gantz menambahkan bahwa Israel akan bertindak secara terkoordinasi, memfasilitasi evakuasi warga sipil dalam dialog dengan mitra Amerika dan Mesir untuk meminimalkan korban sipil.
(Susi Susanti)