Hong Jae-ryun, seorang pasien kanker otak berusia 50-an dari Daegu, mengatakan bahwa kemoterapinya telah ditunda tanpa tanggal yang jelas karena situasi saat ini, meskipun kanker telah menyebar ke paru-paru dan hatinya.
"Ini tidak masuk akal. Di tengah konflik antara pemerintah dan dokter, apa yang bisa dikatakan oleh pasien yang tidak berdaya? Rasanya seperti pengkhianatan," kata Hong kepada AFP.
“Ketika tidak ada orang yang bisa dipercaya dan diandalkan selain dokter, rasanya berlebihan jika menangani hal-hal dengan cara seperti ini,” lanjutnya.
Sekelompok pasien dengan penyakit parah, termasuk kanker dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS), mengatakan mereka mengalami hari-hari yang sangat menyakitkan.
"Kami putus asa setiap menit dan detiknya. Pasien yang sakit parah memerlukan perawatan segera," kata mereka dalam pernyataan yang dikirim ke AFP.
"Kami dengan sungguh-sungguh meminta para dokter peserta pelatihan yang telah meninggalkan rumah sakit untuk kembali ke bidang medis sesegera mungkin,” lanjutnya.
Pada Rabu (21/2/2024), sekelompok dokter yang berpraktik di Provinsi Gyeonggi melancarkan protes di pusat kota Seoul.
Mereka mengenakan ikat kepala merah bertuliskan "(Kami) sangat menentang perluasan penerimaan sekolah kedokteran" dan membentangkan spanduk bertuliskan "Hentikan kebijakan perawatan kesehatan populis yang didorong oleh cendekiawan dan birokrat sosialis kiri".
Pemerintahan Korea Selatan saat ini diketahui masih konservatif. AFP telah menghubungi beberapa dokter peserta pelatihan yang telah mengundurkan diri namun diberitahu bahwa mereka telah memutuskan untuk tidak memberikan wawancara individual.
(Susi Susanti)