Aksi militer yang dilakukan China di sekitar Taiwan telah menjadi hal rutin dalam beberapa tahun terakhir, sehingga memicu kekhawatiran akan terjadinya konflik. Dalam pidatonya, Lai menyebut hal ini sebagai "tantangan strategis terbesar bagi perdamaian dan stabilitas global".
Namun pemimpin berusia 64 tahun itu juga berpegang erat pada formula yang digunakan oleh presiden pendahulunya Tsai Ing-wen, yang warisannya akan ditentukan oleh penanganannya yang hati-hati namun mantap terhadap Beijing, demikian dilansir BBC.
Lai, seorang dokter yang beralih menjadi politisi, memenangi pemilihan presiden pada Januari, mengamankan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi partainya. Dia telah menjabat sebagai wakil presiden Tsai sejak 2020, dan sebelumnya sebagai perdana menteri.
Di masa mudanya, ia dikenal sebagai politisi yang lebih radikal dan secara terbuka menyerukan kemerdekaan Taiwan, yang memicu kemarahan Beijing. Pemerintah menjulukinya sebagai "pembuat onar" menjelang pemilu, dan media pemerintah China bahkan menyarankan agar ia diadili atas tuduhan separatisme.