Setelah tujuh bulan berperang di Gaza, Israel menegaskan kemenangan tidak mungkin tercapai tanpa merebut Rafah dan melenyapkan batalyon Hamas yang tersisa di sana.
Namun PBB dan negara-negara Barat telah memperingatkan bahwa serangan besar-besaran dapat menyebabkan korban sipil dalam jumlah besar dan bencana kemanusiaan.
Pada tanggal 6 Mei, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memerintahkan penduduk Rafah timur untuk mengungsi demi keselamatan mereka sendiri sebelum memulai apa yang disebutnya “operasi tepat” terhadap operasi dan infrastruktur Hamas.
Sejak itu, pasukan telah maju ke wilayah tengah dan menguasai perbatasan Rafah dengan Mesir. Persimpangan tersebut tetap ditutup, sementara PBB mengatakan persimpangan Kerem Shalom yang dekat dengan Israel terlalu berbahaya untuk diakses.
Unrwa mengatakan dalam sebuah laporan pada Selasa (21/5/2024) bahwa mereka terpaksa menghentikan distribusi makanan karena operasi Israel telah membuat pusat distribusi dan gudang WFP tidak dapat diakses.
Ketika ditanya tentang dampaknya, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan di New York bahwa orsang-orang di Gaza tidak bisa makan.
Tidak jelas berapa banyak orang yang masih tinggal di kawasan Rafah. Namun ketua Unwa menyiratkan bahwa jumlah tersebut lebih dari 800.000 pada Minggu (19/5/2024), ketika dia mengatakan bahwa hampir setengah dari populasi berada di jalanan.
(Susi Susanti)