PARIS - Di dekat tebing yang didaki oleh Pasukan Penjaga Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) pada 80 tahun yang lalu peringatan D-Day, Presiden AS Joe Biden pada Jumat (7/6/2024) berencana untuk membandingkan ancaman yang ditimbulkan oleh Nazi Jerman dengan ancaman yang dihadapi dunia saat ini oleh para diktator dan otoritarianisme.
Pidato Biden di Normandy, yang merupakan pidato kedua dalam beberapa hari terakhir, bertujuan untuk memperkuat dukungan terhadap Ukraina, namun juga diharapkan menjadi teguran terhadap kecenderungan isolasionis Donald Trump, saingan Biden dalam pemilihan presiden 5 November mendatang.
Dengan menyampaikan pidatonya di Pointe du Hoc, Biden akan mengulangi pidato pendahulunya dari Partai Republik, Ronald Reagan. Pidato peringatan D-Day-nya di sana pada tahun 1984 mengatakan bahwa demokrasi layak diperjuangkan dan menekankan keinginan AS untuk mencapai perdamaian.
Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan Presiden akan ‘menarik garis’ dari Perang Dunia Kedua, menghubungkan Perang Dingin, peluncuran NATO, dan perang Rusia dengan Ukraina saat ini.
"Dia akan berbicara tentang pertaruhan saat ini, pertarungan eksistensial antara kediktatoran dan kebebasan. Dia akan berbicara tentang orang-orang yang berhasil mengatasi tantangan tersebut dan bagaimana mereka menempatkan negara di atas kepentingan mereka sendiri," kata Sullivan kepada wartawan di Air Force One awal pekan ini, menjelaskan pidato yang akan dibacakan Biden.