GAZA - Perang antara Israel dan Palestina sejak 7 Oktober tidak hanya menimbulkan banyak korban jiwa, namun juga kerusakan dalam skala besar di Jalur Gaza.
Perang yang dipicu dari serangan Hamas tanggal 7 Oktober ini telah banyak menimbulkan serangkaian kejadian buruk terutama bagi Palestina. Perang ini telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit serta hancurnya perumahan penduduk dan gedung-gedung di Gaza sehingga membuat penduduk Palestina tidak memiliki tempat yang terjamin aman
Melansir Voice of America (VOA), Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan jumlah korban jiwa warga Palestina sudah lebih dari 34.000 dan hampir 78.000 orang terluka. Selain itu, pertempuran ini juga telah meratakan sebagian besar wilayah Gaza, merusak atau menghancurkan sekitar 370.000 unit rumah dan 9% properti komersial.
Abdullah Al Dardari selaku asisten sekretaris jenderal PBB memperkirakan total puing-puing akibat serangkaian serangan udara selama perang telah mencapai 37 juta ton. Ia mengatakan angka ini tiap harinya semakin membesar dan data terbaru menunjukkan bahwa jumlahnya sudah mendekati 40 juta ton. Tidak hanya itu, Dardari juga mengatakan sebanyak 72% dari seluruh bangunan tempat tinggal telah hancur.
Adapun biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan kembali Jalur Gaza akibat perang Israel dan Hamas dikatakan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menelan biaya hingga USD30-40 miliar (Rp489-652 triliun).
“Perkiraan awal Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk rekonstruksi Jalur Gaza melampaui USD30 miliar dan dapat mencapai USD40 miliar,” kata Dardari, mengutip Times of Israel.
Melihat kondisi pemukiman penduduk Palestina yang kebanyakan hancur tidak hanya membutuhkan dana yang besar, namun juga membutuhkan waktu yang cukup lama. UNDP mengatakan terkait jangka waktu untuk pembangunan ulang rumah-rumah yang hancur, bahkan dalam skenario terbaik pun akan memakan waktu 16 tahun yaitu hingga 2040.
Agar penduduk Palestina dapat memiliki tempat tinggal yang layak serta memulihkan kehidupan mereka ke keadaan normal, Dardari mengatakan bahwa penting untuk memiliki rencana rekonstruksi yang telah dirancang dengan cermat, efisien serta fleksibel mengingat masih diketahuinya bagaimana perang akan berakhir.
Konflik Israel Hamas di Gaza ini juga memberikan beberapa dampak buruk di beberapa hal seperti pendidikan dan literasi, perekonomian, kesehatan, serta minimnya layanan dasar seperti air, sanitasi, dan listrik. Sehingga perlu untuk segera menjalankan projek pembangunan ulang, terutama fasilitas yang memfasilitasi beberapa hal yang terdampak diatas guna mencegah dampak yang lebih buruk terhadap penduduk Palestina.
(Susi Susanti)