ETHIOPIA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (25/7/2024), mengatakan korban tewas akibat tanah longsor di wilayah terpencil di selatan Ethiopia telah meningkat menjadi 257 orang. PBB juga memperingatkan bahwa jumlah korban bisa melonjak hingga 500 orang.
Tim penyelamat terus melakukan pencarian jenazah dan korban selamat di wilayah Kencho Shacha Gozdi yang dilanda bencana. Para penduduk setempat yang putus asa menggali lautan lumpur seringkali hanya menggunakan tangan kosong dan sekop.
“Jumlah korban tewas meningkat menjadi 257 orang pada 24 Juli,” kata badan kemanusiaan PBB OCHA dalam pernyataan yang mengutip otoritas setempat, dikutip AFP.
“Korban tewas diperkirakan akan meningkat hingga 500 orang,” lanjutnya.
OCHA mengatakan lebih dari 15.000 orang harus dievakuasi karena tingginya risiko tanah longsor lebih lanjut. Termasuk setidaknya 1.320 anak di bawah usia lima tahun dan 5.293 wanita hamil atau ibu baru.
Bantuan mulai berdatangan di daerah terpencil dan sulit dijangkau, termasuk empat truk berisi bantuan penyelamat jiwa dari Masyarakat Palang Merah Ethiopia.
Longsor ini merupakan yang paling mematikan yang pernah terjadi di Ethiopia, negara terpadat kedua di Afrika yang sering dilanda bencana terkait iklim.
Para pejabat mengatakan bahwa sebagian besar korban dikuburkan setelah mereka bergegas memberikan bantuan setelah tanah longsor pertama, yang terjadi setelah hujan lebat pada Minggu (21/7/2024) di daerah sekitar 480 kilometer (270 mil) dari ibu kota Addis Ababa, sekitar 10 jam perjalanan.
Dalam salah satu adegan grafis yang ditampilkan dalam gambar yang diposting di media sosial oleh otoritas setempat, puluhan pria mengepung sebuah lubang di mana anggota tubuh manusia terlihat di dalam lumpur.
Penduduk desa lainnya membawa jenazah dengan tandu sementara, sementara di tenda terdekat, para perempuan meratap saat mereka duduk di dekat deretan jenazah yang dibungkus kain kafan yang sedang dipersiapkan untuk dimakamkan.
OCHA mengatakan 12 orang yang menderita luka-luka telah dibawa ke rumah sakit setempat. Sedikitnya 125 orang mengungsi dan berlindung bersama warga lokal lainnya.
(Susi Susanti)