WASHINGTON - Jenderal tertinggi Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Kamis (25/7/2024) bahwa Israel masih belum menginformasiksn rencana paska perang di Gaza setelah perang dengan Hamas berakhir.
Pernyataan oleh Jenderal Angkatan Udara C.Q. Brown, Ketua Kepala Staf Gabungan ini dikeluarkan menyusul pidato Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di Kongres pada Rabu (24/7/2024). Pidato itu hanya menguraikan garis besar yang samar-samar untuk Gaza pascaperang yang "dideradikalisasi".
"Tidak banyak detail yang dapat saya lihat dari rencana mereka," kata Brown dalam konferensi pers Pentagon.
"Ini adalah sesuatu yang akan terus kami kerjakan dengan mereka,” lanjutnya.
Selama berbulan-bulan, Washington telah berulang kali mendesak Israel untuk menyusun rencana paska perang yang realistis untuk Gaza dan memperingatkan bahwa ketiadaan rencana tersebut dapat memicu pelanggaran hukum dan kekacauan serta kembalinya Hamas ke wilayah Palestina.
"Sejauh ini, kami telah berbicara dengan Israel tentang hal ini, bagaimana melakukan transisi. Kami telah berbicara dengan mereka beberapa kali," lanjutnya.
Kemudian pada Kamis (25/7/2024), juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan Israel belum mengajukan banyak perincian tentang rencana untuk hari berikutnya, tetapi percakapan terus berlanjut.
"Kami telah melakukan percakapan dengan mereka tentang hal ini dan mereka berada di tempat yang berbeda dari beberapa bulan lalu ketika mereka tidak benar-benar memikirkan hari berikutnya sama sekali," terangnya.
"Kami berada pada titik di mana kami berbicara dengan mereka dan mereka mengajukan beberapa ide," tambahnya.
Palestina sebelumnya mengatakan hanya diakhirinya pendudukan Israel dan pembentukan negara Palestina yang akan membawa perdamaian.
Namun dalam pidatonya di Kongres, Netanyahu tidak menyebutkan tentang penciptaan jalur menuju negara Palestina setelah perang di Gaza. Itu adalah sesuatu yang dia dan mitra koalisi sayap kanannya telah dengan keras menentangnya bahkan ketika pemerintahan Biden telah mendorong Israel untuk mengalah pada masalah tersebut.
Netanyahu tidak mengesampingkan peran Otoritas Palestina yang dipimpin Tepi Barat, yang posisinya dalam solusi dua negara di masa depan didukung oleh pemerintahan Biden tetapi ditentang oleh mitra koalisi Netanyahu.
Hamas berkuasa di Gaza pada tahun 2006 setelah tentara dan pemukim Israel mundur pada tahun 2005. Israel mengendalikan akses ke Gaza.
Menurut pejabat kesehatan Gaza, perang Israel telah menghancurkan daerah kantong Palestina tersebut dan menewaskan lebih dari 39.000 penduduknya.
Hamas diketahui melakukan serangan balik yang memicu perang pada tanggal 7 Oktober dengan menyerbu ke Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menangkap 250 tawanan, menurut penghitungan Israel.
(Susi Susanti)