MALI - Seorang komandan kelompok tentara bayaran Rusia tewas di Mali menyusul serangan pejuang pemberontak saat terjadi badai pasir. Rezim militer di negara Afrika Barat tersebut diketahui telah beralih ke kelompok Wagner yang terkenal kejam pada tahun 2021, untuk mencari dukungan dalam memerangi kekuatan jihadis dan separatis.
Pada Senin (29/7/2024), pasukan Rusia yang kini telah berubah menjadi sebuah kelompok bernama Korps Afrika mengatakan bahwa mereka telah bergabung dengan militer Mali dalam pertempuran sengit melawan pemberontak separatis dan militan jihad pekan lalu.
Menurut sumber yang dekat dengan Korps Afrika kepada BBC, kelompok separatis melancarkan serangan besar-besaran, menewaskan sekitar 20 hingga 50 tentara bayaran.
Beberapa blogger militer Rusia melaporkan bahwa sedikitnya 20 orang tewas dalam penyergapan di dekat kota Tinzaouaten di timur laut.
Dalam pernyataan resmi yang diposting ke Telegram, kelompok tentara bayaran Rusia tidak merinci berapa banyak pasukan mereka yang tewas, namun mereka memastikan menderita kerugian. Ini termasuk seorang komandan, Sergei Shevchenko, yang tewas dalam aksi.
“Tentara bayaran pada awalnya menghancurkan sebagian besar kelompok Islam dan mengusir sisanya,” kata pernyataan itu.
“Namun, badai pasir yang terjadi memungkinkan kelompok radikal untuk berkumpul kembali dan meningkatkan jumlah mereka menjadi 1.000 orang,” lanjutnya.
Kerangka Strategis Permanen untuk Perdamaian, Keamanan dan Pembangunan (CSP-PSD), sebuah kelompok separatis yang didominasi oleh kelompok etnis Tuareg, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
“Pada hari Sabtu, pasukan kami memberikan pukulan telak terhadap kolom musuh,” kata AFP mengutip juru bicara CSP-PSD.
“Para tahanan ditawan dan “besar peralatan dan senjata dirusak atau dirampas,” lanjutnya.
Kelompok pemberontak telah membagikan rekaman video yang menunjukkan sejumlah pria kulit putih berseragam militer terbaring tak bergerak di dataran berpasir.