GAZA - Hamas pada Selasa (06/08/2024) menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin sayap politiknya menyusul pembunuhan mantan kepala politiknya, Ismail Haniyeh. Hal ini menjadikan Sinwar sebagai orang paling berkuasa dalam organisasi tersebut dan diplomasi internasional.
Sinwar juga disebut-sebut media asing sebagai seorang pria yang dikenal karena kekejamannya yang secara luas dianggap sebagai dalang serangan 7 Oktober tahun lalu ke Israel. Sinwar adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Izz ad-Din al-Qassam, dan dikenal sebagai figur keras dan ekstremis dalam organisasi tersebut. Sinwar pernah dipenjara selama lebih dari 20 tahun di penjara Israel sebelum dibebaskan dalam pertukaran tahanan untuk Gilad Shalit pada tahun 2011. Kenaikan Sinwar ke posisi kepemimpinan menandakan pergeseran Hamas menuju pendekatan yang lebih militan dan tanpa kompromi terhadap Israel.
Terdapat beberapa alasan mengapa Israel dan AS panik akan naiknya Yahya Sinwar menjadi pemimpin Hamas, dilansir berbagai sumber:
1. Pandangan Radikal dan Faktor Kekejaman
Dikutip dari CNBC, salah satu faktornya adalah dikenalnya Yahya Sinwar dengan pandangan radikal dan kekejamannya. Yahya Sinwar dianggap secara luas sebagai otak di balik Serangan Hamas 7 Oktober. Yahya Sinwar dianggap lebih ekstrim dan kurang bersedia untuk berkompromi. Hal ini menjadikannya sebagai orang yang paling berkuasa dalam organisasi tersebut.
2. Pernyataan Kelompok Hezbollah Lebanon mengenai pemilihan Yahya Sinwar
Dikutip dari Anadolu Ajansı, Kelompok Hezbollah Lebanon, dalam sebuah pernyataan, menganggap pemilihan Sinwar sebagai pesan kuat kepada musuh Zionis dan AS bahwa Hamas bersatu dalam keputusannya. Pernyataan tersebut menambahkan bahwa penunjukan ini mengonfirmasi bahwa tujuan musuh untuk membunuh para pemimpin dan pejabat telah gagal mencapai sasaran mereka.