Setelah kematian Nasrallah, Israel melebarkan perang dengan mengebom target-target Houthi di Yaman pada hari Minggu *(29/9). Israel mengatkan, serangan udara di pelabuhan Hodeidah di Yaman merupakan respons terhadap serangan rudal Houthi di Israel dalam beberapa hari terakhir.
Dikutip dari Guardian, Kementerian kesehatan yang dipimpin Houthi mengatakan sedikitnya empat orang tewas dan 29 lainnya luka-luka. Gambar-gambar dari Hodeidah menunjukkan bagian-bagian kota tertutup oleh lapisan debu tebal, dan ledakan-ledakan yang menjulang
tinggi di kejauhan. Militer Israel mengatakan puluhan pesawatnya telah menyerang pembangkit listrik dan pelabuhan-pelabuhan Ras Issa dan Hodeidah. Israel menuduh Houthi beroperasi di bawah arahan Iran dan bekerja sama dengan milisi Irak.
Dan tidak ada negara organisasi, seperti PBB, pengadilan Internasional (ICJ), atau negara. Padahal Profesor Hukum dan Globalisasi di Universitas Queen Mary London, Penny Green percaya bahwa ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa tindakan Israel di Gaza sama saja dengan genosida dengan sengaja.
Menurut Green, negara-negara yang melakukan genosida jarang sekali menyampaikan rencana genosida mereka kepada kebijakan atau pengawasan publik. Biasanya rencana itu disimpulkan melalui analisis tindakan negara atau memorandum yang bocor. Israel berani melakukan itu karena memiliki dukungan finansial dan moral yang berkelanjutan dari negara-negara Barat, khususnya AS.
"Israel merupakan suatu pengecualian. Israel memiliki kesombongan, arogansi seperti negara kolonial dan pengetahuan bahwa Israel dapat membunuh, menghancurkan, mengusir, mempermalukan, memenjarakan, dan merampas hak-hak rakyatnya tanpa hukuman," kata Green kepada Anadolu.
(Maruf El Rumi)