Profil Singkat Nasaruddin Umar, Imam Masjid Istiqlal Calon Menteri Prabowo
JAKARTA - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mendapatkan undangan Presiden terpilih Prabowo Subianto ke kediamannya di Kertanegara, Jakarta Selatan pada, Senin 14 Oktober 2024.
Selain Nasaruddin Umar, beberapa tokoh lainnya juga dipanggil ke Kertanegara oleh Prabowo dalam rangka penyusunan kabinet untuk pengisian Menteri hingga kepala lembaga pada Pemerintahan Prabowo periode 2024-2029.
Sosok Nasaruddin Umar tentu sudah tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia terutama umat muslim. Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan 10 Juni 1959 saat ini menjadi imam besar Masjid terbesar di Asia Tenggara, yaitu Istiqlal.
Namun demikian, sebetulnya juga tidak baru di Pemerintahan. Pada tahun 2011 - 2014 Nasaruddin Umar ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Wakil Menteri Agama mendampingi Suryadharma Ali dan Agung Laksono yang juga sempat menjabat sebagai Pelaksana Tugas Menteri Agama Kabinet SBY.
Nasaruddin juga pernah menjabat sebagai Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian Agama, di mana ia banyak terlibat dalam pembinaan kehidupan beragama di Indonesia.
Adapun karirnya dalam bidang pendidikan agama Islam dimulai sejak menjadi dosen di UIN Syarif Hidayatullah. Selain itu, ia juga aktif dalam berbagai forum nasional dan internasional, membawa misi Islam yang damai dan toleran.
Terkait perjalanan pendidikan Nasaruddin Umar sempat menyelesaikan studi S1 di IAIN Alauddin Ujung Pandang (sekarang Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar) di bidang Syariah. Kemudian, melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dan S3 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, disana ia memperoleh gelar Magister dan Doktor.
Sebagai seorang intelektual Muslim, Nasaruddin Umar memiliki pemikiran yang mendalam tentang pentingnya menjaga Islam yang rahmatan lil 'alamin. Ia terkenal karena pandangannya yang moderat, dengan menekankan pentingnya interpretasi yang inklusif terhadap ajaran agama. Nasaruddin Umar juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam Islam dan sering kali berbicara mengenai tafsir Al-Qur'an yang adil gender.
Salah satu karyanya yang menonjol adalah buku Argumen Kesetaraan Gender dalam Al-Qur'an, yang menekankan bahwa Islam tidak membeda-bedakan hak dan kedudukan antara laki-laki dan perempuan.
(Angkasa Yudhistira)
