Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jejak Karir Bashar al-Assad, dari Dokter hingga Pemimpin Diktator Suriah

Naomi Angelina Panjaitan , Jurnalis-Senin, 09 Desember 2024 |20:16 WIB
Jejak Karir Bashar al-Assad, dari Dokter hingga Pemimpin Diktator Suriah
Jejak Karir Bashar al-Assad, dari Dokter hingga Pemimpin Diktator Suriah (Reuters)
A
A
A

Ketika gelombang Arab Spring menyebar ke Suriah pada tahun 2011, protes damai terhadap pemerintah Bashar mulai muncul. Awalnya, rakyat menuntut reformasi politik dan pembebasan dari otoritarianisme. Namun, respon Bashar sangat represif, dengan pasukan keamanan menembaki demonstran, sementara milisi pro-rezim yang dikenal sebagai shabiha bertindak sebagai regu pembunuh. Dalam waktu singkat, protes tersebut berubah menjadi pemberontakan bersenjata yang meluas.  

Di bawah perintah Bashar, militer Suriah menggunakan segala cara untuk menghentikan pemberontakan, termasuk serangan udara, pengepungan kota, hingga penggunaan senjata kimia. Salah satu serangan yang paling terkenal adalah di Ghouta pada tahun 2013, di mana ratusan warga sipil tewas akibat gas sarin. Meskipun dunia internasional telah mengecam hal tersebut, Bashar terus menggunakan alasan "perang melawan terorisme" untuk membenarkan tindakannya, mengklaim bahwa ia sedang memerangi kelompok Islam radikal seperti Al-Qaeda.  

Melalui Associated Press, kelompok hak asasi internasional dan jaksa menuduh pemerintah Suriah melakukan penyiksaan dan pembunuhan di luar hukum di pusat-pusat penahanan yang dikelola negara. Perang saudara yang berlangsung lebih dari sepuluh tahun telah menghancurkan Suriah. Perang ini telah menewaskan hampir 500.000 orang dan memaksa setengah dari populasi Suriah yang sebelumnya berjumlah 23 juta untuk mengungsi. Meskipun rezim Bashar hampir runtuh, akan tetapi dukungan dari Rusia dan Iran memperpanjang kekuasaannya.  

Di bawah perintah Presiden Vladimir Putin, ia mengirim pasukan militernya pada tahun 2015 untuk mendukung Bashar. Operasi militer ini membantu rezim merebut kembali wilayah-wilayah strategis seperti Aleppo.  
Iran juga memainkan peran penting dengan memberikan dukungan finansial, militer, dan pengiriman milisi seperti Hizbullah untuk melindungi pemerintahan Bashar.  

Namun, dukungan ini membawa konsekuensi, dengan Bashar yang semakin bergantung pada kekuatan asing, sehingga Suriah terpecah-belah. Bagian utara dan timur Suriah dikendalikan oleh berbagai kekuatan seperti Turki, Amerika Serikat, dan kelompok Kurdi, sementara wilayah lain berada di bawah pengaruh Rusia dan Iran.
 

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement