Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Gerimis Tipis-Tipis di Jakarta Akibat Modifikasi Cuaca? Ini Jawaban BMKG

Khafid Mardiyansyah , Jurnalis-Jum'at, 20 Desember 2024 |18:03 WIB
Gerimis Tipis-Tipis di Jakarta Akibat Modifikasi Cuaca? Ini Jawaban BMKG
Ilustrasi hujan (Foto: Dok Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Plt Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo menjawab banyaknya pertanyaan di media sosial terkait hujan yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya, banyak warga, terutama di media sosial mempertanyakan hujan yang cenderung gerimis, namun awet dan bisa bertahan seharian.

Budi Harsoyo mengungkapkan bahwa pihaknya bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Daerah Penanggulangan Bencana (BPBD) DKI Jakarta sudah melakukan modifikasi cuaca beberapa waktu belakangan. Tepatnya, pada tanggal 7-9 Desember 2024 dan 13-16 Desember 2024.

Modifikasi cuaca ini sedianya untuk memberikan rasa nyaman kepada pemudik yang akan melakukan perjalanan selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024-2025. “Karena berdasarkan prediksi dari BMKG, curah hujan yang tinggi di Jakarta berpotensi akan membuat banjir Jakarta pada 2020 kembali terulang. Kemarin kan waktu 2020 terjadi pada Januari, awal tahun, sekarang diprediksi bakal persis seperti itu,” kata Budi saat dihubungi Okezone, Jumat (20/12/2024).

Budi memaparkan, berdasarkan laporan BMKG, ada beberapa fenomena cuaca yang membuat curah hujan akan naik pada akhir tahun 2024. Salah satunya adalah, adanya beberapa daerah di Jawa bagian selatan yang telah memasuki puncak musim hujan.

“Ada fenomena baik regional maupun global yang akan memperparah musim hujan di Indonesia. Khusus Jakarta sebenarnya puncak musim hujannya ada di Januari-Februari, namun indeks ENSO (Elnino South Oscillation) dari kami memperlihatkan gelaja adanya la Nina, artinya curah hujan bakal lebih tinggi dari biasanya,” kata Budi.

“Curah hujan pada umunya sudah naik semenjak periode September-Oktober dan diprediksi berakhir pada April 2025.  Ada fenomena lain juga yang memperparah, yakni gelombang armosfer Rosby, lalu ada seruak dingin yang akan datang dan melewati Indonesia,” imbuhnya.

 

Untuk itu, pihaknya bersama stakeholder terkait merasa bersyukur bahwa tren penggunaan modifikasi cuaca di Indonesia terus naik dan dibutuhkan. 

“Sekarang bukan cuma Pemda, ada perusahaan tambang, perusahaan sawit, lalu pengelola waduk meminta kita untuk melakukan modifikasi cuaca, karena memang dampaknya sangat terasa untuk meminimalisir terjadinya curah hujan yang terlalu tinggi maupun sebaliknya, perusahaan tambang dan sawit butuh curah hujan dikurangi, sebaliknya untuk pengelola waduk butuh tambahan curah hujan untuk menambah kapasitas tampung air waduk saat kemarau,” ungkapnya.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement