Herman dan Frans Seda kemudian ke kota Yogyakarta untuk melanjutkan perjalanan hidup mereka, bertahan hidup sembari berharap masa krisis berakhir dan kembali melanjutkan pendidikan.
Di kota Yogyakarta-lah peristiwa heroik itu bermula, Herman Fernandez tergabung dalam PERPIS (Persatuan Pelajar Indonesia Sulawesi), pimpinan Maulwi Saelan. Di palagan Kebumen, tepatnya di Front Gombong Selatan, 1-2 September 1947, Herman menunjukkan jiwa patriotiknya dalam pertempuran dua hari bersama Alex Rumambi, karibnya asal Flores dan La Sinrang sahabat perjuangannya asal Sulawesi.
4. Albertus Soegijapranata
Albertus Soegijapranata adalah seorang pahlawan nasional sekaligus uskup. Ia ditahbiskan sebagai uskup pribumi pertama 1940 oleh keputusan Paus Pius XII.
Sebagai uskup, Soegija pada saat itu membawahi pastor-pastor Belanda. Untuk menunjukkan nasionalismenya, ia menyebutkan semboyan “100% Katolik 100% Indonesia”.
Saat tragedi kekacauan di Semarang, Soegija menengahi konflik. Dan saat, ibu kota RI dipindahkan ke Yogyakarta, ia turut memindahkan pusat administrasinya dari Semarang ke Yogyakarta.
5. Agustinus Adisoetjipto
Agustinus Adisoetjipto adalah pilot pertama yang berasal dari orang Indonesia. Pada 5 oktober 1945 dibentuk tentara keamanan rakyat (TKR) yang dikepalai oleh Surya Dharma.
Atas perintah Surya Dharma, Adisoetjipto mengecat pesawat Jepang dengan warna merah putih dan menerbangkannya kesana kemari untuk membakar semangat para pejuang yang melihat untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.
Adisoetjipto juga diberi tugas menjemput bantuan obat–obatan di Hindia dan Malaya dengan menerobos blokade Belanda. Saat pesawat yang diterbangkan tiba di Yogyakarta, mengalami tragedi penembakan oleh dua pesawat Belanda. Adisoetjipto juga berhasil mendirikan sekolah penerbangan pertama di Indonesia yang berlokasi di Yogyakarta.