Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

12 Pahlawan Beragama Katolik yang Rela Berkorban untuk Bangsa Indonesia

Arief Setyadi , Jurnalis-Rabu, 25 Desember 2024 |06:02 WIB
12 Pahlawan Beragama Katolik yang Rela Berkorban untuk Bangsa Indonesia
Ilustrasi (Foto: Ist)
A
A
A

6. Ignatius Slamet Rijadi

Slamet Rijadi adalah pahlawan yang berhasil membawa kabur kapal Jepang pada usia 17 tahun, dan mengumpulkan para pejuang kemerdekaan untuk merebut kembali kota Surakarta yang telah diduduki oleh Belanda.

Pada masa pemberontakan, pahlawan kelahiran Surakarta ini juga berperan menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh DI TII, Ratu Adil dan Andi Azis. Sebagai Tentara Nasional Indonesia, Slamet Rijadi juga diutus untuk menumpas Republik Maluku Selatan (Ambon) dan disanalah dia wafat.

Ia bekerjasama dengan EA Kawilarang untuk cita–cita bersama membentuk Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat RPKAD yang kini disebut Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS).

7. Robert Wolter Mongonsidi

Mongonsidi dilahirkan di Malalayang pada 1925. Ia adalah alumni sekolah Frater Don Bosco Manado yang dikenal dengan nama AMS (Algemene Middelbare School) pada 1950.

“Setia hingga akhir dalam keyakinan”, catatan itulah yang menjadi pesan terakhirnya sebelum di eksekusi mati di hadapan regu tembak pada 1949.

8 . Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono

Ignatius Joseph Kasimo lahir di Yogyakarta pada 10 April 1900 dan meninggal di Jakarta, 1 Agustus 1986 di usia 86 tahun. Ia menjadi salah satu pelopor kemerdekaan Indonesia.

Pendiri Partai Katolik Indonesia ini beberapa kali menjabat sebagai Menteri setelah Indonesia merdeka. Ia dikenal sebagai tokoh yang menjunjung tinggi moto 'salus populi suprema lex', yang berarti kepentingan rakyat adalah hukum tertinggi.

9. Karel Sadsuitubun

Karel Sadsuitubun atau lebih populer dengan nama KS Tubun merupakan satu-satunya polisi yang menjadi korban peristiwa G30S-PKI. Karel lahir di Rumadian, Kei Kecil, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928.

Pada peristiwa 30 September, ia menjaga rumah Perdana Menteri Dr.J. Leimena yang berjarak tak jauh dari rumah Jenderal Nasution.

Para penculik yang hendak membunuh Nasution juga datang ke rumah Leimena dan menyekap para pengawal rumah.

Mendengar keributan K.S. Tubun pun terbangun dan mencoba menembak para gerombolan PKI tersebut. Sayangnya, gerombolan itu pun juga menembaknya. Dalam perkelahian yang tak seimbang itu, Karel tewas setelah besi panas menghujam tubuhnya.

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement