10. Yosaphat Soedarso
Komodor Yosaphat Soedarso atau Yos Sudarso gugur dalam tugas bersama KRI Macan Tutul di pertempuran Laut Aru, perairan Maluku, tanggal 15 Januari 1962. Ia lahir di Salatiga pada 24 November 1925.
Yos Sudarso berhasil masuk Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang sekaligus mengikuti pendidikan militer angkatan laut Jepang. Setelah menempuh pendidikan, ia lulus sebagai salah satu siswa terbaik.
Pada 1944, ia bertugas di kapal milik Jepang bernama Goo Osamu Butai sebagai perwira di bawah komando kapten.
Ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat di sektor kelautan (BKR Laut) yang menjadi cikal-bakal TNI-AL. Ia juga pernah memimpin beberapa Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), dari KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Rajawali, KRI Pattimura, hingga KRI Macan Tutul. Ia bahkan sempat menjadi hakim pengadilan militer selama 4 bulan pada 1958.
11. Wage Rudolf Soepratman
W.R Soepratman adalah pahlawan nasional sekaligus pencipta lagu Indonesia Raya. Ia anak seorang sersan di Batalyon VIII yang bernama Senen. Pada 1914, pahlawan yang lahir di Jatinegara, Batavia, 9 Maret 1903 ini ikut Roekijem, saudara perempuannya ke Makassar. Di sana ia menempuh pendidikan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama
12. Willem van Eldik
Saat berusia 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Setelah dua tahun, ia memperoleh ijazah Klein Ambtenaar.
Dari Makassar, ia lalu kembali ke Jawa tepatnya ke Bandung dan menjalani profesi sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaannya itu tetap dilakukannya meski tinggal di Jakarta.
Soepratman diketahui pandai menggubah lagu dan biola. Sebab, saat berada di Makassar, ia mendapatkan pelajaran musik dari kakak iparnya.
Pada 1924, saat di Bandung, ia menggubah lagu Indonesia Raya. Lagu itu mulai diperkenalkan pada Oktober 1928 saat Kongres Pemuda II.
(Arief Setyadi )