JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump telah mengejutkan banyak pihak terutama Indonesia dalam rencananya untuk “mengambil alih” dan “memiliki” tanah Gaza selama proses rekonstruksi pembangunan Gaza kembali.
Dalam pertemuan puncak dengan PM Israel, Benjamin Netanyahu sepekan lalu, Trump mengusulkan untuk memindahkan warga Palestina baik secara sementara maupun dalam jangka waktu yang lama.
Tentu hal ini menimbulkan kecaman dari berbagai pihak, seperti Perancis, Kanada, Inggris, Mesir dan Yordania. Mereka juga secara resmi menolak perpindahan warga Gaza tersebut. Begitupun Indonesia, Kementerian Luar Negeri dengan lantang menolak keras atas penerimaan warga Gaza.
“Indonesia dengan tegas menolak merelokasi warga Palestina atau kegiatan untuk mengubah komposisi demografis wilayah palestina,” kata juru bicara Kemlu, Roy Soemirat, dalam konferensi pers di Kantor Kemlu (07/02/25).
Donald trump mengusulkan pemindahan penduduk Palestina dari jalur Gaza dengan alasan untuk mengubah wilayah tersebut menjadi kawasan yang lebih Makmur, yang ia sebut sebagai “Riviera Timur Tengah”.
Ia percaya bahwa dengan merelokasi penduduk Palestina ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania, Gaza bisa dibangun kembali menjadi daerah yang lebih stabil dengan peluang ekonomi yang lebih baik.
Trump juga mengusulkan agar AS mengambil alih rekonstruksi Gaza untuk menciptakan "lapangan kerja tanpa batas" dan meningkatkan kesejahteraan di wilayah itu.