Eko menambahkan, ruangan itu memang atapnya sudah lapuk setahun terakhir. Tanda-tandanya plafon atap sudah melengkung sehingga beberapa hari berikutnya perangkat komputer dan seisinya dipindahkan. Peralatan komputer itu dipindahkan ke ruangan multimedia lantai satu di bagian belakang sekolah.
"Makanya waktu kejadian itu sudah kosong, komputer dan perlengkapan semuanya sudah tidak ada, sudah dipindahkan. Ini meminimalisir kerugian yang terjadi," ungkap dia.
Namun robohnya sekolah itu membuat aktivitas belajar mengajar di sekolah terpaksa dilakukan secara daring atau online. Pasalnya proses pembersihan material bangunan bisa mengancam keselamatan dan keamanan para siswa.
"Semua siswa belajar daring dari kelas 7, 8, dan 9, total ada 265 siswa, setiap kelas ada enam rombongan belajar. Rencananya kami akan laksanakan pembelajaran daring sampai Sabtu sambil pembersihan material, kalau belum selesai ya sampai Senin baru masuk," tuturnya.
(Awaludin)