Pasukan Belanda harus kehilangan dua pucuk meriam saat menyerang Kerajaan Bone di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel). Pasukan Belanda itu tak mampu menandingi kekuatan tentara Bone yang berperang dengan kompeni Belanda. Perlawanan Kerajaan Bone memang melanjutkan perlawanan ke Belanda dengan berbagai cara.
Pos-pos Belanda di Pangkajene diserang, dan pos Belanda yang terletak di La'bbakang dihancurkan, negara Tanete diduduki, dan mengangkut kembali raja yang telah dipecat oleh Belanda. Ketika itu pasukan-pasukan Bone yang berjumlah 3.000 telah mendesak satu detasemen kecil pasukan Belanda yang berada di Pancana.
Pasukan Belanda ini tentu saja akan dihancurkan oleh pasukan Bone seandainya tidak dibantu oleh sebuah tembakan dari kapal perang Belanda yang sengaja dikirimkan ke Pantai Bone, dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia".
Pada bulan Oktober pasukan Bone menyaksikan, gerakan yang dilakukan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten Le Clerq, komandan pasukan Belanda di Maros, dengan kekuatan 7 orang opsir, 10 orang serdadu berkuda, dan membawa serta 173 buah meriam.
Pasukan ini berkedudukan di Bulu Seppong yang terletak kira-kira 24 kilometer dari Makassar. Gerakan pasukan Belanda ini dihadang oleh pasukan-pasukan Bone, dan terjadilah pertempuran di antara keduanya. Dalam pertempuran ini pasukan Bone memperoleh kemenangan.