Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Dapur Terendam Banjir, Warga Citereup Dayeuhkolot Tak Bisa Sahur

Agi Ilman , Jurnalis-Sabtu, 08 Maret 2025 |18:15 WIB
Dapur Terendam Banjir, Warga Citereup Dayeuhkolot Tak Bisa Sahur
Kondisi rumah warga di Kampung Babakan Leuwi Bandung, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung tergenang banjir (Foto: Agi Ilman/Okezone)
A
A
A

BANDUNG - Hujan deras yang mengguyur sejak Jumat 7 Maret menyebabkan banjir di Kampung Babakan Leuwi Bandung, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ketinggian air mencapai 1,5 meter akibat luapan Sungai Cikapundung yang bermuara ke Sungai Citarum.

Ketua RW 01, Yomi Triadiansyah (42), menjelaskan bahwa banjir ini terjadi akibat tingginya debit air dari Kota Bandung, bukan hanya karena hujan lokal. “Banjir tadi malam itu memang luapan dari debit air dari Kota Bandung. Kadang di sini tidak hujan, tapi tetap banjir,” ujarnya, Sabtu (8/3/2025).

Menurutnya, banjir kali ini cukup parah karena air naik dengan cepat hanya dalam hitungan menit. Yomi menjelaskan, jika warga yang terdampak mencapai 1.200 jiwa dari enam RT di wilayahnya.

“Biasanya ketinggian air sekitar 30-50 cm, tapi kali ini mencapai 1,5 meter. Mungkin karena hujan deras di banyak tempat, akhirnya air bermuara ke wilayah kami,” katanya.

Tak hanya itu ia menyebut jika air mulai naik sejak waktu berbuka puasa dan mencapai puncaknya sekitar pukul 02.00 dini hari.

“Begitu azan Magrib, kami baru berbuka, tiba-tiba air deras datang. Akhirnya buka puasa yang dinanti-nanti jadi buyar,” ungkapnya.

 

Tak hanya itu, banjir ini juga menghambat sahur bagi sebagian warga karena dapur mereka terendam. “Banyak yang tidak bisa sahur karena dapurnya kebanjiran,” tambahnya.

Menurutnya, saat ini beberapa warga mulai mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, karena belum memiliki tempat pengungsian yang layak, warga terpaksa menumpang di rumah kerabat atau tetangga yang memiliki lantai dua.

“Kami belum punya tempat pengungsian yang layak. Ada sekitar 10 kepala keluarga atau sekitar 20-30 jiwa yang kemarin kami tempatkan sementara di bale, walaupun kondisinya masih terbuka,” jelas Yomi.

Meski banjir sudah terjadi sejak malam, hingga Sabtu pagi belum ada bantuan yang datang. Yomi menyebut bahwa pihak desa sudah berkomunikasi lewat WhatsApp dan Babinsa serta Binmas sudah turun ke lapangan, namun bantuan belum diterima warga.

“Bantuan belum ada, sama sekali belum,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah bisa memberikan solusi nyata untuk mengatasi banjir yang terus terjadi setiap tahun.

“Kami tidak berharap banjir ini langsung hilang, tapi setidaknya setiap tahun ada pengurangan debit air. Mungkin pihak terkait bisa berdiskusi dengan kami, karena kami tahu solusi terbaik untuk daerah ini,” tuturnya.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement