Philémon Yang, Presiden Majelis Umum, menyoroti peran ideologi ekstremis dalam memicu kebencian. “Kita tidak dapat menerima penyalahgunaan Islam untuk tujuan jahat,” kata Tn. Yang, mengecam narasi kekerasan yang dikaitkan dengan agama tersebut.
“Islamofobia bukanlah masalah yang berdiri sendiri,” lanjutnya. “Sebaliknya, hal itu terkait dengan xenofobia, intoleransi, rasisme, seksisme, dan penyebaran ujaran kebencian yang merajalela,” tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa memerangi Islamofobia memerlukan komitmen yang lebih luas terhadap toleransi, khususnya terkait penggambaran perempuan Muslim.
“Perempuan Muslim, khususnya, menghadapi permusuhan yang lebih besar, karena penggambaran yang sangat tidak adil terhadap mereka sebagai pihak yang tertindas oleh agama mereka,” katanya.
Ia menggarisbawahi perlunya kebijakan inklusif yang merayakan keberagaman dan memastikan hak yang sama bagi semua orang.
Sebagai bagian dari seruan yang lebih luas untuk memerangi Islamofobia, Miguel Ángel Moratinos, Perwakilan Tinggi PBB untuk Aliansi Peradaban, menyuarakan pentingnya persatuan dan saling pengertian.
“Kita semua harus menentang segala bentuk kebencian dan diskriminasi,” katanya, seraya menekankan perlunya pemerintah menciptakan lingkungan yang mendorong dialog damai dan rasa hormat di antara semua komunitas agama dan budaya.
(Arief Setyadi )