Bahkan sang penguasa residen wilayah Belanda atau sekelas pejabat pemerintah daerah kala itu Nahuys Van Burgst juga memerintahkan penyitaan dan perampasan harta benda Kiai Murmo Wijoyo tanpa sebab.
Diduga penangkapan dan pengasingan sang crazy rich era Diponegoro ini hanya dijadikan kedok agar Belanda bisa, menguasai harta benda milik sang kiai dan menjarah harta kekayaan desa Kepundung.
Kiai Murmo sendiri akhirnya dipulangkan oleh Belanda ke tanah Jawa kembali pada September 1824.
Ia diizinkan kembali ke Semarang dari pengasingannya di Ambon, tetapi kondisi kesehatan guru agama Pangeran Diponegoro semasa kecil itu sudah memburuk, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhirnya tanpa melihat keluarganya lagi.