Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Tuduh China Sabotase Kabel Bawah Laut, Taiwan Tuntut Ganti Rugi

Rahman Asmardika , Jurnalis-Sabtu, 03 Mei 2025 |13:14 WIB
Tuduh China Sabotase Kabel Bawah Laut, Taiwan Tuntut Ganti Rugi
Ilustrasi. (Foto: Meta AI)
A
A
A

Tindakan sabotase ini berlangsung tidak lama setelah peluncuran perangkat pemotong kabel laut dalam buatan China pada Februari 2025. Perangkat tersebut mampu memotong kabel di kedalaman hingga 4.000 meter dan pertama kali diumumkan dalam jurnal berbahasa Mandarin Mechanical Engineer. Alat ini memiliki lapisan paduan titanium dan segel khusus yang dapat menahan tekanan tinggi di kedalaman laut selama waktu yang lama.

Perangkat ini juga dilengkapi “roda gerinda yang dilapisi ujung berlian, berputar cepat sebanyak 1.600 putaran per menit,” yang memungkinkan alat memotong lapisan baja pelindung kabel, yang dirancang untuk menyerang kabel lapis baja. Alat ini dikabarkan memiliki jangkauan operasional maksimum dua kali lipat dari infrastruktur komunikasi bawah laut yang ada.

Perangkat ini dikembangkan oleh China Ship Scientific Research Centre (CSSRC) dan State Key Laboratory of Deep-sea Manned Vehicles yang berafiliasi dengannya. Alat ini dirancang untuk “berintegrasi dengan kendaraan selam canggih milik China, baik berawak maupun tanpa awak, seperti seri Fendouzhe (Striver) dan Haidou.”

Dugaan Sabotase China

Dalam satu dekade terakhir, China telah mencapai kemampuan bawah laut yang signifikan dan memicu kekhawatiran di negara-negara tetangganya. Namun pengungkapan ini adalah pertama kalinya sebuah negara secara terbuka mengakui memiliki aset yang mampu mengganggu infrastruktur digital vital, meskipun secara resmi diklaim untuk operasi penyelamatan dan pertambangan sipil di dasar laut.

China sebelumnya juga telah dituduh melakukan sabotase terhadap kabel telekomunikasi internasional. Operasi wilayah abu-abu ini menjadi ancaman bagi komunikasi internasional dan sistem keuangan, dan perusakan kabel bawah laut dipandang sebagai kejahatan internasional.

Penuntutan terhadap kapten kapal ini berpotensi memicu aksi internasional terhadap China, apalagi mengingat kabel Trans-Pacific Express senilai USD500 juta telah menghubungkan negara-negara Asia Timur dengan Pantai Barat Amerika Serikat sejak 2008.

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement