Berdasarkan perjanjian 1951 dengan Denmark, AS dapat membangun instalasi militer di Greenland. Pada puncaknya selama Perang Dingin, Washington memiliki 17 pangkalan militer di seluruh pulau dengan sekira 10.000 tentara.
Kehadiran itu kemudian menyusut menjadi sekira 200 tentara di satu pos militer yang dioperasikan AS—Pangkalan Luar Angkasa Pituffik.
Trump telah menegaskan keinginannya untuk merebut pulau berpenduduk 57.000 jiwa itu. Dia berpendapat bahwa status Greenland menimbulkan kekhawatiran keamanan nasional yang berkembang karena Rusia dan Cina, yang telah meningkatkan kehadiran mereka di Lingkaran Arktik, mungkin mencoba mengakses sumber daya mineralnya.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan bahwa "Greenland adalah milik bangsa Greenland". Perdana Menteri Greenland Mute Egede menyuarakan sentimen yang sama, seraya menambahkan bahwa penggunaan wilayah pulau itu merupakan "urusan Greenland."
"Greenland adalah milik kita. Kami tidak untuk dijual dan tidak akan pernah dijual. Kita tidak boleh kehilangan perjuangan panjang kita untuk kebebasan," kata Egede kepada Reuters pada Desember.
(Rahman Asmardika)