Pemimpin Houthi, Abdul-Malik al-Houthi, mengatakan serangan itu dilakukan untuk menekan kelompok itu agar tetap teguh dalam mendukung warga Palestina yang menderita di bawah tembakan Israel di Gaza.
“Tidak peduli seberapa besar agresi Israel dan tidak peduli seberapa sering hal itu terulang, hal itu tidak akan memengaruhi sikap rakyat kita dalam mendukung rakyat Palestina. Musuh Israel tetap berada dalam posisi lemah setelah penghentian agresi Amerika karena kegagalannya,” katanya sebagaimana dilansir Al Jazeera.
“Musuh Israel berusaha memulihkan pencegahan melalui agresi berulang ini terhadap fasilitas sipil di negara kita,” tambahnya.
Serangan itu terjadi sehari setelah kelompok bersenjata Houthi menembakkan dua proyektil ke arah Israel yang ditembak jatuh oleh pertahanan udara Israel. Houthi kemudian mengonfirmasi bahwa mereka telah meluncurkan dua “rudal balistik”.
Bandara Sanaa, bandara terbesar di Yaman, kembali beroperasi minggu lalu setelah perbaikan sementara dan pemulihan landasan pacu menyusul serangan Israel sebelumnya.
Bandara ini terutama digunakan oleh pesawat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan satu-satunya pesawat sipil yang tersisa dari Yemenia Airways, setelah tiga pesawat lainnya hancur dalam serangan terakhir.
Sejak Israel memulai perangnya di Gaza pada Oktober 2023, Houthi telah berulang kali menargetkan Israel. Minggu lalu, mereka memperingatkan akan memberlakukan "blokade laut" di pelabuhan Haifa milik Israel setelah Israel meningkatkan serangan militernya di Gaza.