Tempat tinggal mereka sangat sederhana, berupa rumah petak 6,5 x 3 meter. Rumah ini berada di kawasan padat penduduk. Tak jauh dari permukiman tersebut terdapat Kali Ciliwung yang setiap saat, bila hujan deras turun, kerap meluap dan akhirnya memicu banjir.
Saat lulus SD pada 1968, Budi bersama orang tuanya menempati rumah baru di Jalan Slamet Riyadi II/7B. Mirisnya, rumah itu bekas bangunan WC sekolah yang telah dirobohkan dan didirikan bangunan baru.
Lantaran dibikin dengan bahan seadanya, ada bagian-bagian yang sekadar ditempel tripleks bekas. Saat panas menyengat, tripleks itu melengkung sehingga membuat celah di dinding. “Jika malam hari, angin dari luar masuk sehingga Budi dan saudara-saudaranya kedinginan,” tulis Disjarahad.
Pemilik Gelar Langka
Lulus dari SMA 8 Jakarta, Budi melanjutkan karier ke Lembah Tidar, Magelang. Dia diterima sebagai calon Taruna di Akmil. Di tempat inilah pria kelahiran 25 September 1956 ini ditempa.
Sosoknya yang cerdas membuat Budiman lulus dengan predikat menakjubkan. Dia diganjar lencana Adi Makayasa–Tri Sakti Wiratama Akmil 1978 alias lulusan terbaik. Dalam perjalanannya, karier militer serdadu dari kecabangan Zeni ini terbilang meroket.