BANYUWANGI - Tim Basarnas tengah menyiapkan skema pengangkatan diduga bangkai KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali. Pencarian ini melibatkan dua kapal canggih KRI Fanildo 732 dan KRI Spica 934, yang dilengkapi sonar, magnetometer dan side scan sonar.
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Ribut Eko Suyanto mengatakan, pihaknya saat ini berusaha mendeteksi objek diduga kuat merupakan bangkai KMP Tunu Pratama Jaya, yang berlokasi di sekitar 100 yard atau kurang lebih satu kilometer dari titik dilaporkannya KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam.
"SRU (Search and Rescue Unit) underwater diturunkan untuk menyisir titik Lokasi Kecelakaan Kapal (LKK) dalam radius 1.000 yard dari titik awal," ucap Ribut Eko Suyanto, di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, Selasa (8/7/2025).
Menurutnya, saat ini teknologi dari kedua kapal yang dikerahkan untuk turut membantu operasi pencarian mampu memetakan dasar laut secara visual. Hal ini guna memastikan keberadaan objek kapal yang tenggelam di bawah permukaan laut.
Jika objek kapal berhasil diidentifikasi, tim akan memasang tanda penanda atau floating mark di lokasi. Data posisi akan dicatat untuk rencana lanjutan, yakni pengangkatan bangkai kapal jika memungkinkan.
"Jika diver sudah melihat langsung objek di lokasi, maka tahap berikutnya adalah penyusunan rencana pengangkatan," ucap dia kembali.
Di sisi lain, kata Ribut, tim penyelam yang lolos pemeriksaan kesehatan awal mulai mempersiapkan penyelaman jika kondisi bawah laut mendukung. Para penyelam ini juga masih menunggu hasil analisis cuaca dan kondisi arus perairan demi keselamatan tim juga.
"Operasi penyelaman baru bisa dilakukan setelah kami memiliki data lengkap tentang kontur dasar laut dan arus perairan," kata dia.
Pihaknya juga akan melapor ke pemerintah pusat jika objek tersebut dipastikan sebagai KMP Tunu Pratama Jaya. Pengangkatan akan diusulkan sesuai regulasi International Maritime Organization (IMO).
"Kami akan melapor ke pemerintah pusat, untuk menambah waktu operasi SAR guna dilakukan pengangkatan kapal sesuai IMO regulation," tukasnya.
Sebelumnya, KMP Tunu Pratama Jaya sekitar pukul 23.15 WIB Rahu (2/7/2025) atau 00.15 WITA pada Kamis (3/7/2025) muncul kode merah dari tim operator Pelabuhan Gilimanuk dan salah satu nahkoda kapal lain, terhadap. KMP Tunu Pratama Jaya meminta tolong dan mengalami kebocoran mesin kapal.
Sekitar pukul 00.19 WITA KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan mengalami black out alias insiden di tengah laut. Total ada sebanyak 53 penumpang dalam manifes, dan 12 kru kapal yang bertugas. Kapal itu juga membawa 22 kendaraan berbagai macam jenis.
Proses pencarian dilakukan setiap hari sejak pukul 07.00 hingga 19.00 WIB. Tapi operasi pencarian itu juga memperhatikan cuaca yang dinamis di Selat Bali. Hingga Senin malam (7/7/2025) sebanyak 38 orang ditemukan, dimana 30 orang dinyatakan selamat, 8 orang tewas, serta sisanya 27 orang masih dalam pencarian.
Proses pencarian pun dilakukan hingga hari ketiga melibatkan ratusan personel gabungan, baik dari laut, darat, dan udara. Penyisiran dari laut dilakukan mulai perairan Tanjungwangi, yang jadi perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo hingga ke selatan.
Hal serupa juga pencarian di laut di Selat Bali, yang mengarah hingga ke pesisir selatan tepatnya di Pebuahan Banyu Biru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, yang berjarak lebih dari 60 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk Bali.
(Awaludin)