Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Houthi Serang dan Tenggelamkan Kapal Kargo Berbendera Liberia di Laut Merah

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 10 Juli 2025 |15:49 WIB
Houthi Serang dan Tenggelamkan Kapal Kargo Berbendera Liberia di Laut Merah
Kapal Eternity C ditenggelamkan Houthi di Laut Merah. (Foto: EPA)
A
A
A

JAKARTA – Kelompok Houthi Yaman menyerang dan menenggelamkan sebuah kapal kargo di Laut Merah, memicu misi penyelamatan awak kapal tersebut. Misi Angkatan Laut Eropa mengatakan bahwa enam dari 25 awak kapal tersebut telah berhasil diselamatkan.

Kapal Eternity C berbendera Liberia yang dioperasikan Yunani tersebut mengalami kerusakan parah dan kehilangan semua tenaga penggerak setelah terkena granat berpeluncur roket yang ditembakkan dari kapal-kapal kecil Houthi pada Senin (7/7/2025), menurut Badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO). Serangan berlanjut pada Selasa (8/7/2025), dan operasi pencarian serta penyelamatan dimulai semalaman.

Houthi yang didukung Iran mengatakan mereka menyerang Eternity C karena kapal tersebut sedang menuju Israel, dan bahwa mereka membawa sejumlah awak yang tidak disebutkan jumlahnya ke "lokasi aman".

Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Yaman mengatakan Houthi telah "menculik banyak awak kapal yang selamat" dan menyerukan pembebasan mereka segera.

Pihak berwenang di Filipina mengatakan 21 awak kapal adalah warga negaranya. Satu lagi adalah warga negara Rusia yang terluka parah dalam serangan itu dan kehilangan satu kaki.

Ini adalah kapal kedua yang ditenggelamkan Houthi dalam seminggu, setelah kelompok itu pada Minggu (6/7/2025) meluncurkan rudal dan drone ke kapal kargo lain berbendera Liberia yang dioperasikan Yunani, Magic Seas, yang mereka klaim "milik perusahaan yang melanggar larangan masuk ke pelabuhan Palestina yang diduduki".

Rekaman video yang dirilis oleh Houthi pada Selasa menunjukkan orang-orang bersenjata menaiki kapal dan memicu serangkaian ledakan yang menyebabkannya tenggelam.

 

Ke-22 awak Magic Seas diselamatkan dengan selamat oleh kapal dagang yang lewat.

Sejak November 2023, Houthi telah menargetkan sekitar 70 kapal dagang dengan rudal, drone, dan serangan perahu kecil di Laut Merah dan Teluk Aden.

Mereka kini telah menenggelamkan empat kapal, menyita satu kapal kelima, dan menewaskan setidaknya tujuh awak kapal.

Kelompok tersebut menyatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung Palestina dalam perang antara Israel dan Hamas di Gaza, dan telah mengklaim—sering kali keliru—bahwa mereka menargetkan kapal-kapal yang hanya terkait dengan Israel, AS, atau Inggris, yang telah melancarkan serangan udara di Yaman sebagai balasannya.

Pada Rabu (9/7/2025), misi Angkatan Laut Uni Eropa di Laut Merah, Operasi Aspides, menyatakan bahwa mereka berpartisipasi dalam respons internasional terhadap serangan terhadap Eternity C dan bahwa "saat ini enam awak kapal yang terdampar telah ditemukan dari laut".

Seorang pejabat Aspides mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa lima orang adalah warga Filipina dan satu orang India, dan 19 lainnya masih hilang.

Perusahaan keamanan maritim Diaplous yang berbasis di Yunani merilis sebuah video pada Rabu yang menunjukkan penyelamatan setidaknya lima pelaut yang dilaporkan telah menghabiskan lebih dari 24 jam di laut, menurut kantor berita Reuters.

"Kami akan terus mencari awak yang tersisa hingga fajar terakhir," kata Diaplous, sebagaimana dilansir BBC.

Reuters juga mengutip pernyataan perusahaan keamanan maritim yang menyatakan bahwa jumlah korban tewas adalah empat orang.

 

Departemen Luar Negeri AS mengutuk serangan terhadap Magic Seas dan Eternity C, yang dikatakannya "menunjukkan ancaman berkelanjutan yang ditimbulkan oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran terhadap kebebasan navigasi dan keamanan ekonomi serta maritim regional".

"Amerika Serikat telah menegaskan: kami akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kebebasan navigasi dan pelayaran komersial dari serangan teroris Houthi, yang harus dikutuk oleh semua anggota komunitas internasional."

Pada Mei, Houthi menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan AS setelah tujuh minggu serangan intensif AS di Yaman sebagai tanggapan atas serangan terhadap pelayaran internasional. Namun, mereka mengatakan perjanjian tersebut tidak mencakup penghentian serangan terhadap Israel, yang telah melakukan beberapa putaran serangan balasan di Yaman.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement