Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

BMKG: 39% Wilayah Indonesia Telah Memasuki Musim Kemarau

Binti Mufarida , Jurnalis-Selasa, 15 Juli 2025 |08:53 WIB
BMKG: 39% Wilayah Indonesia Telah Memasuki Musim Kemarau
Cuaca kemarau (foto: freepik)
A
A
A

JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, saat ini tercatat sekitar 39% zona musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki periode musim kemarau.

Menurut catatan BMKG hingga dasarian I Juli 2025, Wilayah-wilayah yang mengalami kondisi ini mencakup sebagian besar wilayah di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, serta sebagian kecil Lampung.

Di wilayah selatan Indonesia, kondisi kemarau juga terpantau di beberapa bagian Banten, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta sebagian kecil Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Sementara itu, wilayah lain yang turut mengalami awal musim kemarau meliputi sebagian kecil Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua,” tulis BMKG, Selasa (15/7/2025).

BMKG melaporkan peningkatan persentase wilayah yang memasuki kemarau, terpantau seiring dengan penguatan angin monsun Australia. Oleh karena itu, diprakirakan dalam sepekan kedepan, angin monsun Australia diprediksi cenderung sesuai dengan normalnya, sehingga berpotensi meningkatkan persentase wilayah yang memasuki musim kemarau.

 

Berdasarkan data terkini yang dihimpun melalui sistem observasi dan peringatan dini BMKG, terpantau kejadian hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem (di atas 100 mm/hari) pada tanggal 12 Juli 2025 di beberapa wilayah, antara lain Jawa Timur (177,4 mm/hari) dan Maluku (105,1 mm/hari).

Walaupun, sebagian besar wilayah telah memasuki periode musim kemarau, potensi hujan lebat hingga ekstrem  masih melanda beberapa wilayah, khususnya sebagian Sumatera, dan Jawa bagian  dalam sepekan kedepan. Hal tersebut diakibatkan potensi suhu muka perairan laut lebih hangat dibanding normalnya meskipun

Selain faktor regional, teridentifikasi juga adanya fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang sedang aktif di fase 4, yakni di wilayah Maritime Continent, yang turut mendukung peningkatan aktifitas konvektif dan pembentukan awan hujan, khususnya di wilayah Indonesia bagian barat.

Selain itu, gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, Kelvin, dan Mixed Rossby Gravity (MRG) diperkirakan akan aktif dalam sepekan ke depan, dengan potensi signifikan dalam mempengaruhi pola cuaca di berbagai wilayah. Keberadaan sirkulasi siklonik di beberapa lokasi serta tingginya indeks labilitas atmosfer juga turut berkontribusi terhadap pembentukan awan konvektif, yang dapat memperpanjang durasi hujan di beberapa wilayah terdampak.

 

“Intensitas hujan yang tinggi tersebut mengakibatkan terjadinya sejumlah bencana hidrometeorologis, termasuk banjir, tanah longsor, pohon tumbang, genangan air, serta kerusakan terhadap infrastruktur di beberapa wilayah terdampak,” tulis BMKG.

BMKG mengungkapkan dinamika atmosfer yang dinamis ini menunjukkan bahwa risiko terjadinya cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia masih signifikan. BMKG mengingatkan masyarakat serta instansi terkait untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai petir, angin kencang, dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah perairan.

“Peringatan ini penting untuk diperhatikan, terutama di wilayah-wilayah yang masih memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana hidrometeorologis, meskipun secara klimatologis sebagian wilayah telah memasuki awal musim kemarau,” imbaunya. 

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement