JAKARTA – Setidaknya 33 warga Palestina, termasuk 12 anak-anak, telah meninggal dunia akibat malnutrisi di Jalur Gaza dalam 48 jam terakhir, ungkap Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Kematian ini terjadi ketika Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa "malnutrisi sedang melonjak" dan "kelaparan sedang mengancam" di Gaza.
Juru bicara Kementerian Kesehatan mengatakan kepada BBC bahwa kematian 11 orang dewasa dan 4 anak-anak dilaporkan terjadi dalam sehari terakhir.
Menurut PBB, 2,1 juta penduduk Gaza menghadapi kekurangan pasokan dasar yang parah dan bahwa Israel berkewajiban untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan dari PBB dan mitra-mitranya.
Badan militer Israel yang bertanggung jawab mengoordinasikan pengiriman bantuan, COGAT, menuduh Hamas "melakukan kampanye palsu terkait situasi kemanusiaan". Badan tersebut menegaskan bahwa Israel bertindak sesuai hukum internasional dan memfasilitasi masuknya bantuan, sekaligus memastikan bantuan tersebut tidak sampai ke Hamas.
Jurnalis internasional diblokir oleh Israel untuk memasuki Gaza secara independen, sehingga sulit untuk memverifikasi jumlah kematian akibat malnutrisi yang dilaporkan.
Namun, rekaman yang direkam oleh seorang jurnalis Palestina lokal yang bekerja untuk BBC di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Kota Deir al-Balah, Gaza Tengah, menunjukkan tubuh kurus kering seorang pria bernama Ahmed al-Hasanat, yang menurut dokter telah meninggal karena malnutrisi pada Selasa (22/7/2025).
Para pejabat kesehatan mengatakan seorang anak laki-laki berusia 13 tahun, Abdul Hamid al-Ghalban, juga meninggal di Kota Khan Younis di selatan. Foto-foto dari kantor berita AFP dan Anadolu menunjukkan jenazah remaja tersebut sedang dipersiapkan untuk dimakamkan di Rumah Sakit Nasser dan kemudian dibawa dengan kain kafan putih.
Sementara itu, media Palestina mengunggah sebuah video yang menunjukkan jenazah seorang anak laki-laki berusia enam minggu, Yousef al-Safadi, yang menurut para pejabat kesehatan, meninggal di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza karena malnutrisi.
Kelompok kemanusiaan medis yang berbasis di AS, MedGlobal, juga menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tim nutrisinya di Gaza telah menyaksikan lima anak yang mengalami malnutrisi parah—berusia antara tiga bulan dan empat tahun—meninggal dalam tiga hari terakhir.
"Ini adalah bencana yang disengaja dan disebabkan oleh manusia," ujar Direktur Eksekutif MedGlobal, Joseph Belliveau, sebagaimana dilansir BBC. "Anak-anak itu meninggal karena tidak ada cukup makanan di Gaza dan tidak cukup obat-obatan, termasuk cairan infus dan formula terapi, untuk menyelamatkan mereka."
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) juga mengatakan telah menerima pesan "SOS" dari stafnya di Gaza, yang menyatakan bahwa mereka sangat kekurangan makanan. Beberapa dokter dan pekerja bantuan UNRWA dilaporkan pingsan saat bekerja karena kelaparan dan kelelahan, tambahnya.
Awal pekan ini, Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa malnutrisi sedang melonjak, dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan, dan hampir satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari.
WFP menyerukan "peningkatan besar-besaran dalam distribusi bantuan pangan" dan mengatakan bahwa mereka memiliki persediaan makanan di dekatnya dan tim di lapangan siap untuk merespons.
PBB menyatakan minimal 600 truk bantuan per hari perlu memasuki Gaza. Namun, Organisasi PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan hanya diizinkan membawa 1.600 truk bantuan antara Mei dan Juli—rata-rata sekitar 27 truk per hari.
PBB menyatakan bahwa mereka kesulitan mengambil dan mendistribusikan pasokan karena permusuhan yang sedang berlangsung, pembatasan Israel terhadap pergerakan kemanusiaan, dan kekurangan bahan bakar.
Israel memberlakukan blokade total terhadap pengiriman bantuan ke Gaza pada awal Maret dan melanjutkan serangan militernya terhadap Hamas dua minggu kemudian, yang mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan. Israel menyatakan ingin menekan kelompok bersenjata tersebut agar membebaskan sisa sandera Israel.
Meskipun blokade sebagian dilonggarkan pada akhir Mei, di tengah peringatan akan datangnya kelaparan dari para ahli global, kekurangan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar semakin parah.
Hampir setiap hari ada laporan warga Palestina yang terbunuh saat mencari bantuan sejak Israel dan AS membantu membangun sistem bantuan baru untuk melewati sistem yang diawasi oleh PBB.
Sistem baru ini, yang dijalankan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), dimulai pada akhir Mei, dan menggunakan kontraktor keamanan swasta AS untuk mendistribusikan paket makanan dari lokasi-lokasi di dalam zona militer Israel.
Pada Senin (21/7/2025) malam, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan operasi darat Israel di Deir al-Balah telah membahayakan upaya mereka untuk terus beroperasi, setelah tempat tinggal staf dan gudang utamanya diserang.
Militer Israel melancarkan operasi di Gaza sebagai tanggapan atas serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.
Setidaknya 59.106 orang telah tewas di Gaza sejak saat itu, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut.
(Rahman Asmardika)