Melalui sumbangan berharga dari masyarakat Aceh, termasuk pengorbanan pribadi berupa tanah dan emas Teungku Nyak Sandang, Seulawah RI-001 dapat mengudara di langit Indonesia yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya maskapai Garuda Indonesia.
Teungku Nyak Sandang, yang saat itu masih berusia 23 tahun, berinisiatif menjual emas dan tanah miliknya. Hasil penjualan tersebut kemudian diserahkan kepada negara, yang kemudian oleh Presiden Soekarno kala itu dibelikan pesawat Seulawah RI-001.
Kehadiran Seulawah RI-001 bukan hanya sebagai sarana transportasi, melainkan simbol kedaulatan bangsa yang baru lahir. Pemberian tanda kehormatan ini pun merefleksikan penghargaan negara kepada putra-putri bangsa yang tidak hanya berjuang di medan perang, tetapi juga melalui pengorbanan nyata dalam bentuk dukungan mempertahankan kedaulatan negara.
Melalui perannya dalam terwujudnya Seulawah RI-001, Teungku Nyak Sandang telah mewariskan nilai nasionalisme dalam sejarah penerbangan Indonesia. Dengan anugerah tersebut, negara menempatkan nama Teungku Nyak Sandang sebagai bagian abadi dari perjalanan bangsa Indonesia.
(Arief Setyadi )