Lana Nusseibeh, Asisten Menteri Urusan Politik sekaligus Utusan Menteri Luar Negeri UEA, menegaskan bahwa Abu Dhabi memperingatkan Israel agar tidak melanjutkan rencananya terkait Tepi Barat.
"Sejak awal, kami memandang kesepakatan ini sebagai cara untuk memungkinkan dukungan berkelanjutan kami bagi rakyat Palestina dan aspirasi sah mereka untuk sebuah negara merdeka," kata Nusseibeh kepada Reuters.
"Kami menyerukan kepada pemerintah Israel untuk menangguhkan rencana (permukiman) ini. Ekstremis dalam bentuk apa pun tidak boleh dibiarkan mendikte arah kawasan. Perdamaian membutuhkan keberanian, kegigihan, dan tekad untuk menolak kekerasan sebagai penentu arah."
Nusseibeh menambahkan bahwa "aneksasi di Tepi Barat akan menjadi garis merah bagi UEA," karena akan sangat merusak "visi dan semangat" Perjanjian Abraham sekaligus mengakhiri upaya integrasi regional.
Kantor Perdana Menteri Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan UEA.
Pada Rabu, Smotrich juga mengatakan bahwa peta sedang disusun untuk mencaplok wilayah di Tepi Barat, meskipun tidak jelas apakah ia mendapat dukungan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Berdasarkan Perjanjian Abraham, yang ditandatangani selama masa jabatan pertama Presiden Donald Trump, UEA, Bahrain, dan Maroko menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel setelah mediasi Amerika Serikat.
Dalam perjanjian itu, hadiah terbesar bagi Israel adalah UEA — negara Arab paling berpengaruh dalam 30 tahun terakhir yang menjalin hubungan formal dengan Israel. UEA merupakan produsen minyak utama dunia dan pusat perdagangan dengan pengaruh diplomatik yang meluas ke seluruh Timur Tengah.