Pada saat perjanjian dicapai, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dipenuhi optimisme, dengan alasan "perdamaian ini pada akhirnya akan meluas hingga mencakup negara-negara Arab lainnya."
Ia bahkan memperkirakan bahwa "pada akhirnya, hal itu dapat mengakhiri konflik Arab–Israel untuk selamanya."
Kesepakatan tersebut juga menjadi kemenangan bagi Trump yang, dalam masa jabatan keduanya saat ini, berharap dapat membujuk Arab Saudi untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, sehingga semakin meringankan isolasi Israel di kawasan.
Namun, perang Israel di Gaza — yang telah menewaskan lebih dari 62.000 warga Palestina — menghancurkan wilayah kantong itu serta memicu bencana kemanusiaan, sehingga mengalihkan perhatian dari upaya Trump memperluas normalisasi Israel–Arab.
(Rahman Asmardika)