Okki menjelaskan, ketika aspirasi dan tuntutan itu bergerak sendiri-sendiri, justru dikhawatirkan akan menimbulkan kebingungan. Oleh karena itu, Kolektif 17+8 pun berusaha merangkum suara-suara dan aspirasi ini.
"Kami takut ketika semua bergerak sendiri-sendiri, ketika semua menyampaikan tuntutannya masing-masing, ujungnya masyarakat jadi bingung karena banyak sekali tuntutan yang beredar. Masyarakatnya bingung, medianya juga bingung mana yang harus diamplifikasi, dan terakhir yang dituntut juga bingung, pemerintah juga nanti bingung," tutur dia.
Ia berharap dengan dirangkumnya tuntutan dari masyarakat ini, pemerintah dan DPR dapat membuka mata atas tuntutan yang datang. Sehingga, tambah dia, pihak yang dituntut mampu memenuhi aspirasi-aspirasi tersebut.
"Oleh sebab itu, kami di Kolektif 17+8 merangkum dan berusaha untuk mengkristalisasi suara-suara, aspirasi-aspirasi yang beredar di masyarakat supaya ini bisa terarah tuntutannya, sehingga bisa lebih didengar dan pada akhirnya diterima oleh pemerintah," ujarnya.
(Arief Setyadi )