Saat video-video tersebut tersebar di media sosial, helikopter Angkatan Darat berhasil mengevakuasi beberapa menteri dan anggota keluarga mereka. Dalam sebuah video, Deuba terlihat berlumuran darah di wajahnya dan duduk tak berdaya di lapangan sebelum pihak berwenang datang menyelamatkannya.
Video lain menunjukkan sebuah helikopter menyelamatkan beberapa pejabat. Helikopter tersebut, dengan para pejabat di keranjang penyelamatnya, terbang di atas sebuah hotel di Kathmandu. Kepulan asap tebal juga terlihat dalam rekaman tersebut, demikian dilansir NDTV.
Demonstran juga membakar gedung-gedung beserta sel dan pos jaga, serta mendobrak pintu masuk utama sebelum berhamburan ke jalan. Tentara berhasil menghalangi upaya pelarian dan memindahkan para tahanan ke penjara lain.
Aksi protes dimulai setelah pemerintah memblokir platform media sosial, termasuk Facebook, YouTube, dan Instagram, dengan alasan tidak terdaftar serta tidak tunduk pada pengawasan pemerintah. Namun, protes yang meluas juga mencerminkan ketidakpuasan masyarakat, terutama terkait korupsi di kalangan pejabat dan keluarganya.
Banyak anak muda marah karena anak-anak pemimpin politik—yang dijuluki “anak nepo”—dinilai menikmati gaya hidup mewah dan berbagai keuntungan, sementara sebagian besar pemuda kesulitan mencari pekerjaan. Dengan tingkat pengangguran di kalangan muda mencapai sekitar 20 persen pada tahun lalu, menurut Bank Dunia, pemerintah memperkirakan lebih dari 2.000 anak muda meninggalkan Nepal setiap hari untuk mencari pekerjaan di Timur Tengah atau Asia Tenggara.
(Rahman Asmardika)