JAKARTA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Negara Palestina tidak akan pernah berdiri di sebelah barat Sungai Yordan, sebagai tanggapan terhadap pengakuan sejumlah negara besar Barat terhadap Palestina. Pengakuan, yang baru saja diumumkan oleh Inggris, Kanada, Australia dan Portugal pada Minggu, 21 September 2025, telah membuat marah Israel.
Melalui pengakuan pada Minggu, keempat negara tersebut bergabung dengan lebih dari 140 negara lainnya yang sebelumnya telah mengakui Palestina. Masih ada sejumlah negara lain yang telah mengungkapkan rencana untuk mengakui Palestina pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS) pekan ini.
“Saya memiliki pesan yang jelas kepada para pemimpin yang mengakui negara Palestina setelah pembantaian mengerikan pada 7 Oktober – Anda memberikan hadiah besar kepada teror,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan video di X pada Minggu.
“Itu tidak akan terjadi. Negara Palestina tidak akan berdiri di sebelah barat Sungai Yordan,” katanya sebagaimana dilansir I. Netanyahu menambahkan bahwa ia telah mencegah hal ini selama bertahun-tahun meskipun ada “tekanan luar biasa” di dalam dan luar negeri.
Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.
Israel merespons dengan blokade dan operasi militer besar-besaran terhadap wilayah kantong Palestina tersebut, menewaskan lebih dari 65.000 warga Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat yang dikelola Hamas.
Operasi militer tersebut telah memicu tekanan internasional yang semakin besar. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez membatalkan kontrak militer senilai hampir €1 miliar dengan perusahaan-perusahaan Israel pada Selasa, (16/9/2025).
Pekan lalu, Netanyahu mengatakan Israel perlu mulai membangun ekonomi yang lebih mandiri.
"Kita mungkin berada dalam situasi di mana industri pertahanan kita terhambat," ujarnya dalam pidato pada Minggu. "Kita tidak punya pilihan. Setidaknya dalam beberapa tahun mendatang, kita harus menghadapi upaya-upaya isolasi ini."
(Rahman Asmardika)