“Menteri Pertanian sudah melakukan langkah-langkah, kita akan buka sumber-sumber pangan di semua kabupaten. Masalahnya adalah karena negara kita begitu besar, tidak bisa satu pulau tergantung pulau lain. Ongkos logistik itu terlalu besar sehingga beras yang mungkin produksinya di satu daerah hanya Rp8 ribu atau Rp9 ribu, di suatu provinsi bisa Rp25 ribu karena faktor komunikasi dan faktor logistik. Jadi kita dipaksa oleh alam kita untuk masing-masing mengejar swasembada pangan,” ujarnya.
Lebih jauh, Prabowo mengajak daerah untuk kembali mengembangkan pertanian sesuai dengan karakter wilayah masing-masing, sekaligus meneladani kearifan lokal yang telah diwariskan sejak lama.
“Di mana saudara bisa punya sawah-sawah untuk beras, mari kita lakukan, atau kebun-kebun jagung atau sagu atau singkong. Ingat, ini adalah kunci survival kita sebagai bangsa, ini pelajaran ribuan tahun,” ujarnya.
“Jadi kita tidak usah terlalu pintar, belajar saja dari nenek moyang kita kenapa dulu ada lumbung desa. Kita harus siap untuk kemungkinan yang paling jelek. Itu pelajaran, saya kira, pelajaran nenek moyang kita. Saya kira ada di buku-buku agama, tujuh tahun baik dan tujuh tahun paceklik, ya tujuh tahun baik dan tujuh tahun tidak baik. Pada saat tujuh tahun baik kita persiapan, nanti ada tujuh tahun tidak baik kita siap. Alam juga harus kita hadapi dengan baik,” lanjut Prabowo.
(Arief Setyadi )