Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

KPK Dituding Seperti Kopkamtib di Zaman Pak Harto

Misbahol Munir , Jurnalis-Kamis, 21 April 2011 |01:07 WIB
KPK Dituding Seperti Kopkamtib di Zaman Pak Harto
A
A
A

JAKARTA - Politisi Senior PDIP Panda Nababan yang menjadi terdakwa cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia, Miranda S Goeltom, kecewa dengan kinerja KPK. Dia bahkan menyebut KPK mirip dengan Kopkamtib di era Orde Baru.

“Sikap arogansi kekuasaan dengan menginjak-injak hukum itu mengingatkan saya kepada institusi Kopkamtib yang superbody zaman Soeharto. Wakil Ketua KPK, Saudara Bibit Samad pernah mengaku dengan bangga kepada saya, bahwa dia pernah bertugas di Opstib (Operasi Tertib, semacam KPK-nya Soeharto) Kopkamtib,” ungkapnya dalam eksepsi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (20/4/2011) malam.

Sebelumnya, secara detail Panda membeberkan sejumlah tindakan dari oknum KPK yang tak sesuai dengan semangat penegakan hukum. Di antaranya tidak adanya surat pemberitahuan resmi kepada 26 tersangka cek suap BI. Namun faktanya mereka telah ditahan kemudian dijadikan terdakwa.

Kemudian pernyataan-pernyataan pimpinan KPK di media massa yang memojokkan 26 anggota Komisi Perbankan DPR periode 1999-2004. Termasuk masih adanya surat panggilan pemeriksaan dengan status tersangka terhadap almarhum Jeffry Lumban Batu.

“Apa yang saya ungkapkan semua itu-mulai dari dijadikan sebagai tersangka tanpa ada pemberitahuan resmi, diprovokasi dengan pernyataan telah berhasil mempersangkakan 26 orang, dan kemudian “libas”-mewarnai suasana kebatinan, ada efek psikologis, yang mempengaruhi pemahaman untuk mengerti betapa tidak terhormatnya dakwaan ini. Betapa telanjangnya, bahwa dakwaan ini disusun atas dasar kebencian dan nafsu penghukuman. Astagfirullah,” ucap Panda.

“Saya pun menegur Jaksa Ferry Wibisono. Saya juga menyampaikan keberatan saya kepada AKBP Chandra Sukma. Saya katakan kepada mereka ‘Tolonglah hormati perasaan keluarga. Kenapa saudara masih mencantumkan nama Jeffry Lumban Batu dalam surat panggilan sebagai tersangka, bersama-sama dengan Panda Nababan, Angelina Pattiasina, Budiningsih, Iqbal?” Padahal beliau sudah tidak ada, sudah meninggal. Rupanya oknum-oknum KPK sudah mati rasa, mati nurani,” sesalnya.

Dalam eksepsinya, Panda juga menjelaskan adanya indikasi kuat rekayasa dalam dakwaan. Ada upaya sistematis agar dirinya dicitrakan sebagai koordinator pemenangan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI.

Padahal faktanya, dalam persidangan Dudhie Makmun Murod ada sejumlah saksi, yakni Poltak Sitorus, Williem Tutuarima, Rusman, dan lain-lain yang mengatakan tidak ada koordinator pemenangan. Bahkan, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR, Tjahjo Kumolo, secara tegas mengatakan tidak ada koordinator pemenangan. Namun karena keterangan di atas tidak cocok dengan skenario, maka dibuang begitu saja.

“Tetapi hanya karena ucapan seorang Dudhie Makmun Murod bahwa Panda adalah koordinator pemenangan, itu dianggap sebagai kebenaran. Maka, oleh jaksa-jaksa ini dipasanglah satu label bahwa saya adalah koordinator pemenangan,” bebernya.

“Yang Mulia Majelis Hakim, Bapak/Ibu Penasihat Hukum, Saudara Jaksa, dan hadirin yang saya hormati, merk ‘koordinator pemenangan’ ini sangat penting, untuk membangun imaginasi, begitu penting dan vitalnya kedudukan saudara Panda Nababan sebagai pengatur, pelaku utama.”

Dengan dipatrikannya, label koordinator pemenangan pada diri saya, sambung Panda, maka menjadi sah bahwa dirinya memerintahkan sejumlah anggota DPR waktu itu ke Restoran Bebek Bali untuk menerima cek perjalanan.

“Koordinator pemenangan itu bisa membagi ke Sukardjo, bisa membagi ke Emir Moeis, mendapat travel cek lebih banyak. Soal pembuktian? Tak penting. Soal fakta? Itu bisa direkayasa. Bayangkan, begitu kejinya tuduhan itu. Disebut saya sebagai koordinator pemenangan, yang dalam realitasnya tidak ada koordinator pemenangan dalam proses pemilihan itu, terkecuali seorang Dudhie Makmun Murod,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Panda menandaskan oknum-oknum di KPK, baik penyidik maupun jaksa, tak peduli dengan fakta-fakta di atas. “Karena, superbody begitu hebat, tidak ada yang bisa mengkritik, tidak ada yang bisa mengoreksi. ‘Mampus saja kau, Saudara Panda! Kau memang koordinator pemenangan! Kau memang yang memerintahkan,” ungkapnya.

(Muhammad Saifullah )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement