Pria Selandia Baru mengaku pernah bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) atau ISIS, namun menyerah karena tidak mampu bertahan hidup dengan pasokan makanan yang semakin menipis.
Mark Taylor yang dijuluki Jihadis Kiwi melarikan diri dari ISIS dan menyerah kepada pasukan Kurdi.
"Tidak ada makanan, tak ada uang, sudah banyak pelayanan dasar yang tak berjalan," katanya menutip ABC News, Senin (4/3/2019).
"Saya sendiri dalam situasi terjepit dan harus membuat keputusan, yaitu pergi dari sana," tambahnya.
Dia mengaku mendapat tekanan ketika pergi. "Sebab mereka bilang ke saya, kamu tak bisa pergi, kamu ke sini demi Allah, kamu ke sini untuk mati," ujar Taylor.
Meski tinggal selama lima tahun bersama ISIS, namun Taylor mengaku bukan kombatan melainkan hanya petugas penjaga perbatasan.
"Saya membantu menjaga perbatasan antara Suriah dan ISIS," katanya.
"Berperang dan berjaga jelas berbeda. Untuk berjaga kita tidak perlu merencanakan apa pun. Untuk berperang kita perlu persiapan," katanya berdalih.
"Setiap dua jam selama 24 jam, kita harus menjaga area tertentu," jelasnya.
Pada 2015, Pemerintah AS menyatakan status Taylor sebagai teroris global setelah muncul dalam video propaganda ISIS menyerukan serangan di Australia dan Selandia Baru.
Dia juga mengunggah video di YouTube yang menyerukan pengikutnya "memulai operasi, bahkan jika harus berupa tikaman ke petugas polisi dan tentara pada Hari Anzac".